Jakarta (ANTARA News) - PT INKA mempelajari teknologi dari Jepang dalam pembuatan sarana kereta, termasuk kereta rel ringan (LRT) dan kesiapan untuk memperluas pasar ekspor.

"Pengiriman teknisi dari PT INKA ke Jepang juga telah dilaksanakan beberapa waktu lalu ke perusahaan menufaktur di Jepang untuk meningkatkan pengalaman dalam mengerjakan proyek-proyek internasional," kata Senior Manajer Sekretaris Perusahaan PT INKA, Hartono, di Jakarta, Kamis.

Hartono menjelaskan teknologi yang difokuskan, yaitu kontruksi badan kereta (car body alumunium), selain itu penguasaan teknologi sistem produksi serta kemampuan untuk merakit sistem produksi di pasar lokal untuk neingkatkan kandungan komponen lokal.

"Dari sisi teknologi, kami mempersiapkan para teknisi untuk penguasaan teknologi yang terbaik, kerja sama teknisi dan transfer teknologi terus dilaksanakan dengan perusahaan manufaktur di luar negeri yang kemampuanya sudah jauh di atas INKA," ujarnya.

Untuk LRT, dia menjelaskan menggunakan produk sarana kereta api berpenggerak yang cukup rumit dalam sistem pengendaliannya.

"Sama dengan kereta listrik (EMU) maupun kereta listrik dan lokomotif," katanya.

Kerumitan pembuatan LRT, lanjut dia, cukup signifikan dibanding dengan kereta listrik biasa, termasuk pemasangan komponen dan elektroniknya yang jauh lebih kompleks.

Dihubungi terpisah, Pakar Transportasi Universitas Gadjah Mada Danang Parikesit menilai kemampuan jasa konstruksi Indonesia untuk membangun jalan rel sudah sangat baik.

?Beberapa BUMN Karya yang bekerja untuk MRT Jakarta juga kinerjanya baik, terutama dengan adanya pengawas dari Jepang yang sangat teliti,? katanya.

Namun, menurut dia, kemampuan manufaktur sistem KA masih berfokus di gerbong/kereta.

"Sebagai siste integrator seperti LRT Palembang mungkin sidah bisa go international, tetapi komponen masih KA dan sistem penggerak masih harus kerja sama dengan pemasok internasional," katanya.

Pewarta: Juwita Rahayu
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018