Di rumah, konsumsi telur ayam juga sudah mulai dikurangi, terutama untuk sarapan
Oleh Devi Nindy
Jakarta, (ANTARA News) - Masyarakat mulai mengurangi konsumsi telur ayam karena harga di pasar tradisional wilayah Jakarta Barat yang masih berada pada Rp28 ribu per kilogramnya.
Dalam pantauan Antara di Pasar Palmerah, Kamis, sejumlah kios penjual telur tampak sepi pembeli. Beberapa telur ayam yang dijual tampak sedikit dan menurun kualitasnya.
Kenaikan harga telur ayam kali ini membuat sebagian pembeli yang didominasi ibu rumah tangga enggan membelinya dalam jumlah besar. Paling banyak hanya berani membeli sekitar setengah kilogram.
Baca juga: Pemerintah berupaya turunkan harga ayam dan telur
"Di rumah, konsumsi telur ayam juga sudah mulai dikurangi, terutama untuk sarapan. Saya mulai perbanyak tempe dan tahu di rumah," ujar salah satu pembeli, Rosidah (30).
Kontras dengan pemandangan yang tampak di pasar, beberapa ibu rumah tangga membawa beberapa telur ayam kualitas baik dengan pak plastik. Seperti salah satunya ibu Muryati, 45, yang membawa dua pak di kantung belanjaannya.
"(Telur ayam) ini dapat dari Kartu Jakarta Pintar, saya ambil jatah karena masih ada saldo. Lumayan karena satu pak besar sekilo ditebus Rp15 ribu," ungkapnya.
Dia juga mengatakan bahwa naiknya harga telur ayam membuatnya tidak berani untuk berdagang lagi jajan tradisional risol mayo dan pastel.
"Takut tidak laku terjual kalau harga naik. Biasanya jual sekitar 100 biji risol dan pastel setiap hari, sekarang ganti jualan kue molen atau yang lain. Sudah tidak ambil pesanan jajan yang pakai telur," keluhnya.
Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M. Arifin Siga
Copyright © ANTARA 2018