Padahal gagasannya itu akan menghentikan kebiasaan masyarakat yang mengambil kayu di Hutan Gamaran di Desa Gamaran, Kecamatan Lubuk Alung. Hutan hujan tropis seluas 1.000 hektare yang terletak sekitar 30 kilometer arah utara ibu kota Padang menyimpan kekayaan flora dan fauna yang beragam serta pemandangan indah sungai-sungai, air terjun, gua, dan tebing-tebing curam.
Pemuda lulusan Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta itu ingin hutan itu tetap lestari dan menjadi hutan wisata yang bisa menghidupi masyarakatnya.
Ritno yang kini aktif menggagas Kawasan Ekowisata Nyarai, Lubuk Alung, Padang Pariaman sejak 2013, awalnya sempat dipandang sebelah mata. “Malah sebagian kelompok masyarakat menolak saya dan mengancam akan melakukan hal-hal tidak diinginkan bila saya meneruskan program yang saya gagas,” ceritanya kepada Antara, Selasa (10/7).
Program yang digagas oleh Ritno yaitu mengubah aktivitas para penebang kayu ilegal menjadi pemandu wisata. Tentu ini tidak mudah. Apalagi aktivitas menebang kayu sudah menjadi lapangan pencarian masyarakat setempat.
“Hati saya miris, apalagi daerah tersebut sangat bagus. Harusnya bisa dikembangkan tempat wisata,” tuturnya.
Ia pun mendekati para Ninik-Mamak atau ketua adat di sana. Setelah menceritakan maksud dan tujuannya, akhirnya Ritno diberi kesempatan untuk memberikan pelatihan kepada masyarakat. Pelatihan yang diberikan pun berbagai macam seperti, mengajarkan masyarakat menerima tamu, mengajarkan masyarakat berdagang, hingga mengajarkan masyarakat menjadi pemandu wisata.
“Pendekatan seperti ini cukup lama saya lakukan, mencapai dua tahun sampai akhirnya mereka mau menerima saya,” tuturnya.
Komunitas Lubuk Alung Adventure yang dipimpinnya kemudian menjual paket wisata, seperti lintas hutan, menginap di hutan dan berburu ikan dengan alat tembak tradisional. Pengunjung ekowisata itu terus bertambah sampai tahun 2016 rata-rata 2.000 orang per bulan dan dilayani sekitar 170 pemandu wisata yang sebagian besar adalah mantan pembalak kayu di hutan.
Walau begitu, terkadang ada saja segelintir orang mendatangi dirinya dan mengancam untuk menghentikan program tersebut. “Orang yang datang tersebut membawa parang dan tidak terima atas apa yang saya lakukan di sana,” katanya.
Namun, semenjak Ritno menjadi pemenang di SATU Indonesia Awards tahun 2017, programnya semakin diterima oleh masyarakat. Bahkan pemerintah setempat pun memberikan bantuan untuk program tersebut.
“Saya sangat berterima kasih atas penghargaan SATU Indonesia Awards ini, berkat penghargaan itu program saya menjadi inspirasi beberapa pemuda di daerah lain,” tuturnya bangga.
Ritno juga berpesan kepada para peserta SATU Indonesia Awards 2018, lakukanlah kegiatan dengan sungguh-sungguh dan ikhlas. “Karena sebaik-baiknya manusia itu adalah yang bermanfaat untuk orang lain,” tutupnya.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018