"Sesuai instruksi Presiden Joko Widodo, penyederhanaan sistem menjadi salah satu kunci dalam mendukung inklusi keuangan," ujarnya di acara seminar 'The Future of Life Underwriting' yang diselenggarakan oleh BUMN reasuransi, Indonesia Re, di Jakarta, Rabu.
Automated underwriting merupakan proses underwriting yang terintegrasi dengan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) untuk membantu proses pengkajian risiko dan akseptansi oleh underwriter.
Perkembangan teknologi digital akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan di lapangan, yang tentunya akan memberikan dampak positif bagi peningkatan inklusi keuangan di masyarakat.
Lebih lanjut, mantan Direktur Utama Pegadaian ini menegaskan bahwa dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi, berbanding lurus dengan risiko yang muncul.
"Risiko-risiko seperti fraud, tindak pencucian uang, kebocoran data nasabah jadi tantangan terbesarnya," papar Riswinandi.
Pada kesempatan yang sama, Life Reinsurance Underwriting & Customer Experience Management Division Head Indonesia Re Radix Yunanto menambahkan, sebagai Perusahaan Reasuransi Nasional, pihaknya berkomitmen untuk berkontribusi dalam mendorong industri asuransi jiwa nasional untuk mulai memanfaatkan teknologi dalam seluruh siklus kerja underwriting.
"Saat ini kami sedang mengembangkan sistem transaksi B2B yang akan menjadi virtual office antara Indonesia Re dan ceding company. Jadi, semua proses underwriting sudah terdigitalisasi," ujarnya.
Lebih lanjut, Radix menambahkan, pihaknya juga aktif mendorong agar peran dan kemampuan underwriter juga turut berkembang, khususnya dalam hal pemanfaatan big data sebagai sumber informasi yang menopang proses pengkajian risiko.
"Hal ini pastinya akan membantu mendukung perkembangan bisnis perusahaan ke depannya," tutup Radix.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018