Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Nyarwi Ahmad menilai Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto sedang memainkan peran sebagai "play maker" sekaligus "king maker" untuk menghadapi Pemilihan Presiden 2019.
"Langkah-langkah Prabowo saat ini kian menunjukkan bahwa dia bukan hanya sebagai `play maker` dan kian potensial sebagai lawan Jokowi, melainkan juga terbuka kemungkinan sebagai `king maker`," kata Nyarwi saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Beberapa hari belakangan ini Prabowo aktif menjalin komunikasi politik dengan sejumlah tokoh politik, antara lain Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua nonaktif PDIP Puan Maharani, dan dijadwalkan melakukan pertemuan dengan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Pertemuan dengan SBY sedianya digelar Rabu ini. Namun, karena SBY sedang dirawat di RSPAD Gatot Subroto, pertemuan dijadwal ulang. Meski demikian, Prabowo menyempatkan diri membesuk SBY di RSPAD.
Menurut doktor bidang komunikasi politik dan marketing politik lulusan Universitas Bournemouth, Inggris, itu Prabowo memandang strategis posisi PD.
Jika koalisi mengarah pada dua poros maka Prabowo tetap maju sebagai capres dan bukan tidak mungkin menjadikan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai cawapresnya. Namun, bisa juga koalisi yang dibangun akan memunculkan capres selain Prabowo.
"Prabowo sepertinya sedang mencari `political trade-off` yang dapat diterima oleh semua calon-calon mitra koalisinya secara keorganisasian maupun kandidat pasangan yang hendak dicalonkannya jika seandainya dia menjadi `king maker` atau dipinangnya sebagai cawapres," kata Director for Presidential Studies-DECODE UGM itu.
Bukan hanya menemui tokoh parpol, Prabowo juga menemui Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj dan sejumlah pengurus inti organisasi itu, Senin (16/7).
"Prabowo tampaknya terus mencari dukungan ke tokoh-tokoh dan pemimpin NU karena pintu masuk untuk menggandeng PKB sebagai mitra koalisi untuk sementara sudah terkunci," kata Nyarwi.
Pertemuan Prabowo dengan PBNU, kata Nyarwi, menunjukkan bahwa NU merupakan pasar politik yang patut diperhitungan bagi mereka yang hendak memenangkan Pilpres mendatang.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018