Jakarta (ANTARA News) - PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) meraup laba Rp7,44 triliun di semester I 2018 atau naik 16 persen secara tahunan (year on year/yoy) didorong pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 13,3 persen (yoy).
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu, merinci pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) mencapai Rp17,45 triliun dengan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 11,1 persen (yoy) menjadi Rp457,9 triliun.
Pertumbuhan kredit BNI banyak ditopang oleh kredit ke korporasi swasta yang naik 11,6 persen (yoy).
Selain pendapatan bunga, emiten BBNI itu mengantongi pendapatan non bunga yang terangkat 9,1 persen (yoy) menjadi Rp5,08 triliun karena komisi dari pembiayaan perdagangan, komisi bank garansi dan komisi dari sektor ritel konsumer.
"Dengan pertumbuhan laba 16 persen, tingkat profitabilitas dari keuntungan dari ekuitas (return on equity) dari 15,6 persen menjadi 16,5 persen," jelas Baiquni.
Pendapatan bunga BNI itu mendorong marjin bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) menjadi 5,4 persen. BNI ingin menjaga NIM tetap di 5,4 persen hingga akhir tahun.
"NIM kita semester I dibandingin tahun lalu turunnya cukup tajam. Tapi kalau secara kuartal, NIM sebenarnya masih bisa dijaga," ujar dia.
Baiquni mengaku lebih selektif dalam menyalurkan kredit meskipun pertumbuhannya cukup agresif. Oleh karena itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan turun menjadi 2,1 persen dari periode sama tahun lalu sebesar 2,8 persen.
Dengan NPL yang turun, biaya kredit masih stagnan di 1,7 persen, namun rasio biaya pencadangan membaik menjadi 150,2 persen di semester I tahun ini dibanding 147,2 persen dibanding periode sama tahun lalu.
BNI masih mempertahankan target pertumbuuhan kredit sesuai Rencana Bisnis Bank (RBB) di 13-15 persen hingga akhir tahun.
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2018