Jakarta (ANTARA News) - Pengukuhan Pamong Praja Muda lulusan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang diselenggarakan di kampus IPDN, Jatinangor, Sumedang, Jawa Barat, Sabtu, diwarnai unjuk rasa orang tua praja dari sejumlah daerah. Unjuk rasa ini dilakukan setelah acara pengukuhan terhadap 1.148 praja angkatan XV oleh Menteri Dalam Negeri Ad Interim Widodo A.S. "Kami perwakilan orang tua praja IPDN seluruh Indonesia meminta agar IPDN dipertahankan demi persatuan dan kesatuan bangsa," kata salah seorang orang tua praja. Para orang tua melakukan unjuk rasa dengan cara meraih pengeras suara yang sebelumnya digunakan pembawa acara. Mereka secara bergantian berorasi menyampaikan aspirasi. Sambutan tepuk tangan orang tua dan para praja mewarnai aksi unjuk rasa itu. Beberapa orang tua juga membawa poster-poster dukungan agar IPDN tidak ditutup. Pengukuhan pamong praja muda IPDN kali ini terdiri atas 799 putra dan 349 putri. Mereka adalah perwakilan dari 456 kabupaten atau kota dan 33 provinsi. Dalam sambutannya, Plt Rektor IPDN Johanes Kaloh mengatakan dalam kelulusan kali ini tetap mengedepankan quality control Sebanyak 10 praja ditunda kelulusannya, 35 diberhentikan, enam praja turun tingkat dan dua meninggal dunia karena tsunami. Kaloh mengakui akhir-akhir ini IPDN diterpa banyak kasus sehingga mengakibatkan pembekuan wahana bina praja (kegiatan ekstrakurikuler) diantaranya kelompok Drum Band. "Untuk drum band Gita Abdi Praja baru saja diijinkan aktif kembali untuk pengukuhan acara ini tapi dengan pengaturan ketat," ujar Kaloh. Dalam kesempatan itu Widodo A.S mengatakan, IPDN juga tengah dihadapkan pada realita yang tidak menguntungkan dengan adanya tindak kekerasan yang melibatkan sejumlah oknum sehingga mendapat sorotan tajam dari masyarakat dan menurunkan citra IPDN. Hal itu, menurut Widodo A.S, harus dilakukan penanganan lebih lanjut dan sudah ada tim evaluasi. Hasil dari sejumlah rekomendasi tim evaluasi tersebut digunakan untuk mengambil kebijakan selanjutnya. Terkait hasilnya, Kaloh mengaku siap menerima kebijakan apapun yang akan diambil pemerintah terhadap IPDN. "Penting bagi kita untuk reformulasi, reorientasi, dan representasi, bukan masalah kasus IPDN tetapi adanya tuntutan perkembangan global dan domestik, serta sistem desentralisasi daerah," ujarnya. Pelepasan praja muda IPDN berlangsung penuh suka cita dan keharuan. Sejumlah orang tua tampak terharu dan menitikkan air mata menyaksikan anak-anaknya yang berhasil dalam pendidikan. Para praja yang telah lulus itu tampak bahagia dan melemparkan topi mereka ke udara. Acara itu juga diwarnai pelepasan 1.000 balon udara dan burung merpati. Suasana di luar kampus terpantau tenang dan tidak terjadi gejolak unjuk rasa yang kerap terjadi dalam beberapa hari terakhir di kawasan tersebut. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007