New York (ANTARA News) - Saham-saham di Wall Street lebih tinggi pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena para investor mencerna sejumlah laporan laba perusahaan untuk kuartal kedua.

Indeks Dow Jones Industrial Average naik 55,53 poin atau 0,22 persen menjadi berakhir di 25.119,89 poin. Indeks S&P 500 bertambah 11,12 poin atau 0,40 persen, menjadi ditutup di 2.809,55 poin. Indeks Komposit Nasdaq berakhir meningkat 49,40 poin atau 0,63 persen, menjadi 7.855,12 poin.

Netflix melaporkan laba kuartalan setelah pasar ditutup pada Senin (16/7). Untuk pertama kalinya dalam lima kuartal, perusahaan membukukan kerugian besar pada penambahan pelanggan. Raksasa layanan streaming AS itu menambahkan 5,15 juta pelanggan pada kuartal kedua, sekitar satu juta lebih rendah dari perkiraan.

Johnson & Johnson melaporkan hasil yang lebih baik dari perkiraan pada Selasa (17/7). Perusahaan mencatat laba per saham disesuaikan sebesar 2,10 dolar AS dan pendapatan 20.8 miliar dolar AS, keduanya melebihi ekspektasi analis.

Musim laporan kinerja keuangan emiten dimulai dengan awal yang bagus. Menurut statistik yang dirilis oleh Thomson Reuters pada Senin (16/7), laba kuartal kedua diperkirakan akan meningkat 21,1 persen dari periode yang sama tahun lalu. Tidak termasuk sektor energi, estimasi pertumbuhan pendapatan menurun menjadi 17,3 persen.

Dari 500 perusahaan dalam S&P 500 yang telah melaporkan laba pada hingga Senin (16/7), tercatat 86,7 persen melaporkan laba di atas ekspektasi para analis. Ini di atas rata-rata jangka panjang 64 persen dan di atas rata-rata empat kuartal sebelumnya 75 persen.

Sementara itu, Wall Street juga mengikuti kesaksian Ketua Federal Reserve Jerome Powell secara ketat.

Powell menyampaikan kesaksian setengah tahunannya kepada Kongres minggu ini. Dia memulai dihadapan Komite Senat tentang Perbankan, Perumahan dan Urusan Urban pada Selasa (17/7) dan akan menjawab pertanyaan dari Komite Jasa Keuangan DPR pada Rabu waktu setempat.

Dia mengatakan ekonomi AS berjalan pada kecepatan yang cukup cepat untuk membenarkan kenaikan suku bunga lebih lanjut.

"Secara keseluruhan, kami melihat risiko ekonomi secara tak terduga melemah karena kurang seimbang dengan kemungkinan pertumbuhan ekonomi lebih cepat daripada yang kami perkirakan saat ini," kata Powell.

Dia menambahkan bahwa dengan kebijakan moneter yang tepat, pasar kerja akan tetap kuat dan inflasi akan tetap mendekati 2,0 persen selama beberapa tahun mendatang.

Baca juga: Indeks Wall Street ditutup bervariasi

Baca juga: Kesaksian Powell di Kongres dorong dolar AS menguat

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018