Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika menyatakan pantauan satelit menunjukan ada 126 titik panas (hotspot) tersebar di Pulau Sumatera yang mengindikasikan kebakaran hutan dan layan, dan 50 persen di antaranya berada di Provinsi Riau.
"Di Riau ada 61 titik panas dengan tingkat kepercayaan 50 persen," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru, Sukisno dalam pernyataan pers yang diterima Antara di Pekanbaru, Selasa.
Hasil pantauan Satelit Terra dan Aqua yang terakhir diperbarui pukul 16.00 WIB, menunjukan 61 "hotspot" terdapat di Riau yang mayoritas berada di kawasan pesisir. Lokasi paling banyak ada di Kabupaten Rokan Hilir dengan 32 titik, kemudian Kota Dumai 13 titik, Bengkalis (9), Pelalawan (4), Rokan Hulu (2), dan Kepulauan Meranti (1).
Selain di Riau, "hotspot" juga terdeteksi di Provinsi Sumatera Utara dan Bangka Belitung yang masing-masing ada 12 titik. Kemudian Sumatera Barat ada 16 titik, Jambi (10), Sumatera Selatan (8), dan Bengkulu (7).
BMKG menyatakan, titik panas dengan tingkat kepercayaan (level confidence) di atas 70 persen di Provinsi Riau ada 49 titik api. Ini artinya kemungkinan besar ada kebakaran hutan dan lahan yang cukup besar tengah terjadi.
Rokan Hilir masih mendominasi dengan jumlah 28 titik, diikuti oleh Dumai 12 titik, Bengkalis (5), Rokan Hulu (2), serta Meranti dan Pelalawan masing-masing satu titik.
Hampir sepekan terakhir cuaca panas dan minim hujan terjadi di Riau, yang mengakibatkan lahan gambut rawan terbakar. BMKG menyatakan, dalam satu minggu ke depan secara umum curah hujan di Riau cenderung rendah.
Berdasarkan data prakiraan potensi kemudahan terjadi kebakaran hutan dan lahan, ditinjau dari parameter cuaca, menunjukan bahsa sebagian besar wilayah Riau masuk kategori "Sangat Mudah" terbakar pada tanggal 17-18 Juli 2018.
Kondisi cuaca didominasi cerah dan berawan. Meski begitu, potensi hujan intensitas ringan-sedang masih berpotensi terjadi dibeberapa wilayah pada akhir pekan ini, sedangkan pengamatan hari tanpa hujan (HTH) sampai dengan dasarian I bulan Juli menunjukan masih dalam kategori singkat, yakni berkisar 5-10 hari dalam tiga bulan terakhir.
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018