Pekanbaru (ANTARA News) - Pemilik sapi berkelapa dua di kabupaten Indragiri Hulu, provinsi Riau, Ilham, sempat memberikan susu bayi untuk anak sapi langka itu karena panik melihat binatang peliharaannya tidak bisa berdiri.
"Saya kasihan melihatnya tidak bisa berdiri untuk menyusui ke induknya. Jadi saya pergi ke warung beli susu bayi SGM," kata Ilham, dihubungi Antara dari Pekanbaru, Selasa.
Sapi berkepala dua tersebut merupakan milik seorang petani bernama Ilham (55) asal desa Alang Kepayang, kecamatan Rengat Barat, kabupaten Indragiri Hulu.
Anak sapi berkelamin jantan itu merupakan anak ketiga dari induk betina yang dipelihara Ilham. Sapi berkepala dua itu lahir pada Sabtu (14/7), dan butuh enam jam lebih untuk proses persalinan dari pukul 10.00 hingga 16.30 WIB.
Anak sapi bagian tubuh bawahnya terlihat seperti sapi normal yang memiliki empat kaki. Namun, sapi jantan itu mempunyai dua kepala yang dempet di lehernya yang cuma satu.
Selain itu, sapi tersebut mempunyai dua otak, dua telinga, empat mata, dua hidung dan mulutnya ada dua.
Petugas peternakan lapangan dari Dinas Pertanian dan Perikanan Kecamatan Rengat Barat, Jebul Suharto, yang kini membantu penanganan kesehatan anak sapi itu mengatakan dampak dari pemberian susu bayi mengakibatkan sapi tersebut terkena diare.
"Kemungkinan anak sapi kena diare karena pengaruh susu bayi itu, tetapi kondisinya secara umum masih sehat. Saya sudah melarang pemiliknya jangan diberi susu itu lagi," ujarnya.
Menurut dia, anak sapi tersebut tidak kuat berdiri karena lehernya tidak kuat menopang dua kepala. "Lehernya cuma satu, tetapi kepalanya dua sehingga ukurannya tentu dua kali dari normalnya," kata Jebul.
Dia menyarankan agar pemilik sapi tetap memberikan susu dari induk sapinya. Karena anak sapi tidak bisa menyusui langsung, pemiliknya terpaksa berusaha ekstra karena harus memerah susu induk sapi tersebut.
"Jadi susu induknya diperas oleh pemiliknya selanjutnya diberikan ke anak sapi itu," ujar Jebul.
Baca juga: Sapi berkepala dua lahir di Riau, berikut videonya
Pewarta: Febrianto Budi Anggoro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018