Tim paduan suara dengan konduktor Ivan Larry Besouw itu juga mampu memperoleh gelar prestisius Gold Diploma untuk kategori paduan suara campuran dalam kompetisi yang dipandang bergengsi ini.
Sebagaimana dinyatakan Konselor Penerangan dan Sosial Budaya Kedutaan Besar Indonesia di Roma, Charles F Hutapea, dari Roma, Senin malam, turnamen bergengsi ini siselenggarakan di Basilica dei Santi XII Apostoli yang terletak di tengah kota Roma.
Kompetisi Musica Eterna Roma 2018 ini diikuti oleh kelompok paduan suara dari berbagai negara, antara lain Italia, Inggris, Afrika Selatan, Finlandia, Rusia, Malaysia, dan Jerman.
Penampilan mereka mencuri perhatian karena koreografi yang menarik dengan kostum khas Papua dalam lagu Wor (Kankarem & Morinkin), aransemen Budi Susanto Yohanes.
Menurut pimpinan rombongan, Edwin Kindangen, prestasi itu sangat membanggakan mengingat Univoice Choral Society tampil dalam kondisi kurang maksimal setelah menempuh perjalanan panjang dari Manado dan tidak memiliki waktu yang cukup untuk persiapan teknis serta tes akustik ruangan.
Sementara itu salah satu anggota tim, Septian Paendong, menyatakan bahwa para juri secara khusus memuji teknik dan kekuatan vokal mereka.
Duta Besar Indonesia untuk Italia, Esti Andayani, dalam pertemuan dengan personil Univoice menyampaikan apresiasi dan harapan agar semakin banyak anak bangsa yang berhasil mencatat kemenangan dalam berbagai ajang kompetisi di Italia.
Sementara itu, Wakil Kepala Perwakilan Indonesia di Roma, George Lantu, hadir memberikan dukungan selama kompetisi berlangsung. Dia menyampaikan rasa bangga atas prestasi Paduan Suara Univoice Choral Society.
Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018