Setelah pertandingan-pertandingan dramatis di fase semifinal, dua pertandingan semifinal terlama sepanjang sejarah Wimbledon, laga puncak menjadi anti klimaks ketika Djokovic mengakhiri puasa gelar Grand Slam dua tahunnya.
Anderson, yang berupaya menjadi petenis Afrika Selatan pertama yang menjuarai gelar kategori putra, telah menghabiskan 21 jam di lapangan untuk mencapai final Wimbledon pertamanya dan amunisinya terlihat telah habis pada dua set pembukaan, ketika Djokovic begitu mendominasi permainan.
Djokovic, yang harus menyelesaikan pertandingan semifinalnya dengan Rafael Nadal pada Sabtu, beberapa kali kehilangan intensitas pada set ketiga dan lima set pointnya berujung kegagalan ketika Anderson memperlihatkan sinyal kebangkitan.
Namun ia memperbaiki penampilannya menjelang tiebreak dan dapat merayakan gelar Grand Slam ke-13nya, ketika pukulan pengembalian Anderson mengenai net.
Djokovic, yang penampilan dan kebugarannya merosot dalam dua tahun belakangan serta hanya menjadi unggulan ke-12 pada kejuaraan ini, hanya melakukan 13 "unforced error" di final, ketika ia memperlihatkan lebih banyak bukti bahwa dirinya telah kembali ke penampilan terbaiknya.
"Ini terasa luar biasa karena untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya memiliki seseorang yang berteriak "Daddy, Daddy"," kata Djokovic di lapangan, ketika memeluk trofi bersama putranya, Stefan, setelah bergabung dengan segenap keluarga dan rombongannya.
"Ini merupakan final Grand Slam pertama saya selama beberapa tahun dan tidak ada tempat yang lebih baik lagi untuk melakukan kebangkitan."
"Selamat kepada Kevin, ia menjalani laju yang mengagumkan." Demikian laporan Reuters.
(H-RF/I015)
Pewarta: antara
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018