Nyon (ANTARA News) - Perjalanan Kroasia menuju final Piala Dunia merupakan sebuah keajaiban dan refleksi terhadap upaya badan sepak bola Eropa untuk mengembangkan olahraga ini ke seantero benua, kata presiden UEFA Aleksander Ceferin, Sabtu.
Dengan populasi penduduk sebanyak 4,2 juta jiwa pada 2016, Kroasia adalah negara terkecil yang mampu mencapai pertandingan puncak sejak Uruguay pada 1950. Ceferin pun senang melihat negara-negara kecil mendapat sorotan di panggung global.
Kroasia, yang menembus empat besar pada Piala Dunia 1998, menghadapi juara pada tahun itu, Prancis, di pertandingan final pada Minggu.
"Ini jelas merupakan hal yang bagus dan kembali membuktikan pekerjaan bagus yang dilakukan sepak bola Eropa," kata Ceferin kepada televisi Russia Today saat diwawancarai.
"Bagi negara berpenduduk empat juta orang, merupakan keajaiban untuk dapat masuk ke final Piala Dunia. Mereka telah memperlihatkan begitu besar hati, begitu besar hasrat, begitu besar semangat juang, yang saya tidak dapat mengatakan bahwa mereka tidak dapat menang pada Minggu."
Baca juga: Mengintip sesi latihan Prancis dan Krosia jelang final Piala Dunia
Sebanyak enam dari delapan tim peserta perempat final turnamen tahun ini berasal dari Eropa, dan Ceferin tidak terkejut melihat dominasi negara-negara Eropa di Rusia.
"UEFA melakukan pekerjaan bagus, bukan sejak saya berada di sini atau karena saya berada di sini, namun karena mereka melakukan pendekatan pengembangan sepak bola dengan sedikit berbeda maka kesenjangannya akan semakin lebar dan melebar," tambah Ceferin.
Baca juga: Prancis vs Kroasia: 3 duel kunci antarpemain
"Kami mendapatkan banyak uang dengan semua kompetisi kami. Kami mengalokasikan uang dengan tepat. Kami memiliki pertemuan-pertemuan kepelatihan. Kami bekerja dengan para pemain yang membantu asosiasi-asosiasi nasional. Kami bekerja dengan pengelolaan yang bagus."
"Kami berinvestasi pada proyek-proyek infrastruktur, pada perkembangan sektor teknis sepak bola... Kami melihat ini merupakan cara yang tepat untuk mencapat kesuksesan dan pengembangan sepak bola."
"Sekarang setiap anak di Eropa dapat dipandang sebagai satu talenta dan saya tidak yakin apakah hal seperti itu ada di seluruh dunia."
Baca juga: Belgia menang berkat kolektivitas, bukan permainan individu
(H-RF)
Pewarta: Antara
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2018