"Membuat kopi wine ini sebagai inovasi kami dan ternyata berhasil, rasanya nikmat, berbeda dengan kopi lain," kata petani kopi juga pemilik produk kopi D`Arffi, Aries Sontani di Garut, Sabtu.
Ia menuturkan, kopi wine yang diproduksinya berawal dari keinginan mengembangkan produk kopi Garut agar lebih terkenal dan menjadi ciri khas seperti produk lainnya dari Kabupaten Garut.
Menurut dia, fermentasi kopi yang diambil dari lahan hutan Garut itu merupakan yang pertama dikembangkan di Garut dengan cita rasa berbeda dengan kopi wine lainnya di Indonesia.
"Tape saja bisa difermentasi, ternyata kopi juga bisa difermentasi, namun cara (fermentasi) yang saya lakukan, sepengetahuan saya belum ada," katanya.
Ia menjelaskan cara pengolahan kopi menjadi wine bermula dari pemilihan biji kopi yang tidak terlalu matang dan memiliki kualitas terbaik agar menghasilkan kopi wine bercita rasa nikmat.
Selanjutnya biji kopi tersebut, kata dia, dilakukan fermentasi atau pembusukan yang dilakukan di tempat khusus agar tidak bercampur dengan bau dari luar.
"Pengemasannya harus kedap udara agar jangan terkontaminasi oleh bau-bauan sekitarnya selama satu bulan," katanya.
Selanjutnya kopi hasil pembusukan itu dijemur di bawah terik matahari agar cairan yang dihasilkan dari proses fermentasi tersebut dapat terserap kembali oleh biji kopinya.
Waktu penjemuran biji kopi tersebut, kata Aries, tidak dapat ditentukan karena tergantung pada terik matahari. Setelah itu dipisahkan antara biji dan kulit kopi sampai akhirnya kopi siap seduh.
"Prosesnya memang sangat lama, bisa jadi tiga bulan untuk bisa jadi kopi wine siap seduh," kata Aries.
Ia mengungkapkan, rasa kopi wine yang diproduksi D`Arffi memiliki sensasi yang unik, seperti merasakan ketenangan setelah meminumnya.
Kopi wine tersebut, kata dia, tidak memabukkan karena bukan jenis minuman keras yang memiliki kandungan alkohol.
"Ada sensasi unik tapi tidak memabukan, cuma ada ketenangan yang beda dan pastinya enak, berbeda dengan kopi lainnya," katanya.
Kopi wine siap seduh yang diproduksi Aries itu memiliki nilai jual lebih mahal dibandingkan kopi lain yang diproduksinya yakni seharga Rp2 juta per kilogram.
Selama ini kopi tersebut, kata dia, belum cukup banyak diproduksi. Kopi baru diproduksi jika ada yang memesan dari para penikmat kopi di berbagai daerah Indonesia.
"Kebanyakan yang memesan dari pecinta kopi individu, ada yang memesan 1 ons harganya Rp200 ribu, atau ada juga yang datang ke sini," katanya.
Pewarta: Feri Purnama
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2018