Jakarta (ANTARA News) - Terdapat kekhawatiran yang makin besar bahwa peringatan proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 hanya bersifat seremonial tanpa emosi patriotisme dan heroisme kebangsaan, semangat nasionalisme, serta tekad mempertahankan keutuhan kedaulatan negara kesatuan. "Jika kenyataan seperti ini berlangsung terus, peringatan proklamasi kemerdekaan tinggal hanya sekedar seremonial, tanpa greget dan emosi kebangsaan, nasionalisme, dan tekad untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan RI," kata Pinantun Hutasoit, mantan Ketua DPP Golkar di Jakarta, Jumat. Ia mengkhawatirkan, hilangnya semangat mempertahankan keutuhan NKRI justru hanya akan membuat tujuan Konferensi Meja Bundar (KMB) gagasan kolonial Belanda semakin subur. Ia mengharapkan para pemimpin bangsa, termasuk yang ada di legislatif, eksekutif dan yudikatif, memperhatikan hal ini, agar keutuhan bangsa dan negara terpelihara. "Lihat saja, tiap menjelang peringatan 17 Agustus baik di media massa cetak maupun elektronik sepi dengan kegiatan yang mengingatkan dan membangkitkan semangat menjaga keutuhan bangsa dan negara, seperti yang dicita-citakan para pendiri negara," tuturnya. Tokoh Ormas MKGR ini mengatakan, belakangan ini, Indonesia memang acap diganggu jargon-jargon yang beralaskan demokratisasi dan hak-hak asasi manusia. terakhir demokratisasi di Mahkamah Konstitusi berkaitan keputusan mahkamah membuka jalur perorangan dan independen dalam pemilihan kepala daerah. "Ini memang sangat demokratis, tapi eksesnya, apakah hal itu sudah layak dilaksanakan dalam kondisi negara seperti sekarang ini," tuturnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007