Jakarta (ANTARA News) - Menteri Energi Indonesia mengatakan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) belum mengindikasikan untuk menaikkan produksi minyaknya setelah harga melambung hingga mencapai rekor tertinggi, pekan ini.
"Hingga saat ini, kamia belum ada pembicaraan dengan anggota OPEC lainnya apakah organisasi berencana untuk menaikkan produksinya atau tidak," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Purnomo Yusgiantoro kepada pers, Kamis malam.
"Tetapi yang pasti adalah kami akan menyelenggarakan pertemuan di Wina bulan depan. Gambarannya saat itu seharusnya sudah lebih jelas," katanya.
Badan Energi Internasional (IEA), Rabu lalu mendesak kartel minyak OPEC meningkatkan produksi setelah harga minyak mentah mencapai rekor baru.
OPEC sebelumnya menolak permintaan IEA untuk meningkatkan produksinya guna mendorong turun harga minyak, dengan mengatakan bahwa kenaikan harga bukan mencerminkan pengetatan pasokan tetapi lebih karena masalah kilang di Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik.
Yusgiantoro mengatakan, Indonesia sebagai anggota OPEC terus memonitor secara ketat pergerakan harga minyak untuk memastikan apakah kenaikan harga akan terhenti atau apakah kenaikan harga hingga mencapai 78 dolar itu hanya merupakan lonjakan sesaat.
Ia mengatakan, jika minyak tetap bertahan di level tertinggi maka akan mulai berdampak pada harga bahan bakar minyak (BBM) domestik serta alokasi subsidi pemerintah.
Pemerintah Indonesia menggunakan asumsi harga minyak 60 dolar per barel untuk menghitung besaran subsidi BBM untuk 2007.
Harga minyak mentah di New York naik hingga ke tingkat tertinggi 78,77 dolar per barel pada Rabu, ketika penurunan stok energi di AS memunculkan kekhawatiran adanya pengetatan pasokan energi di seluruh dunia. (*)
Copyright © ANTARA 2007