Padang (ANTARA News) - Sejumlah daerah di Sumatera Barat (Sumbar) secara beruntun diguncang gempa, sejak Kamis malam hingga Jumat dini hari. Gempa yang pertama terjadi pada Kamis pukul 19:56 WIB berkekuatan 4,6 pada skala Richter (SR) dan berpusat di sekitar Danau Singkarang dengan kedalaman 10 km, disusul gempa kedua pada Jumat pukul 04:37 WIB dengan pusatnya di Selat Mentawai, berkekuatan 4,8 SR pada kedalamam 30 km. Staf Badan Meteorologi Dan Geofisika (BMG) Padang Panjang, Hamdi, ketika dihubungi ANTARA dari Kota Padang, Jumat, mengatakan guncangan gempa tektonik pada Kamis itu terjadi akibat pergerakan lempeng Sesar Semangko di kawasan Bukit Barisan, tepatnya berada pada posisi 0`47 derajat Lintang Selatan - 100`48 derajat Bujur Timur, atau di sekitar Danau Singkarak degan kedalaman 10 km. Gempa tektonik kedua berasal dari pergerekan lempeng Eurasia dan Indo Australia itu, berada pada posisi 1`1 derajat Lintang Selatan - 99`78 derajat Bujur Timur dengan kedalaman 30 km, atau pusatnya pada laut di Selat Mentawai berjarak 75 km dari pinggir Pantai Kota Padang. Guncangan gempa tektonik darat pada Kamis itu cukup dapat dirasakan warga di Kota Bukittinggi, Payakumbuh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Kota Padang Panjang, Kabupaten Solok, Kabupaten Batusangkar, Kabupaten Agam, dan Kota Padang. Kawasan tersebut juga mengalami gempa tektonik darat, pada 6 Maret 2007, berkekuatan 6,3 SR berpusat 0`47 LS - 149 BJ pada KM-11 barat daya Batusangkar. Bencana itu berakibat 73 jiwa korban meninggal, ratusan jiwa luka-luka dan memporakporandakan 219 unit rumah ibadah, 111 unit perkantoran dan 410 unit gedung sekolah dan 18.904 rumah penduduk baik rusak berat dan ringan. Sedang gempa tektonik laut pada dini hari subuh Jumat itu, cukup dirasakan di Kabupaten Pesisir Selatan, Kabupaten Padang Pariaman, Kota Pariaman dan Kota Padang. Guncangan gempa tektonik laut itu, terakhir terjadi pada 10 April 2005 berkekuatan 6,7 SR, cukup membuat panik warga Kota Padang, namun tidak banyak menimbulkan kerusakan pada bangunan dan sejauh ini tidak ada laporan korban jiwa. "Gempa tektonik hebat di laut yang berpusat di Selat Mentawai itu pernah terjadi pada tahun 1833 dan menimbulkan tsunami," katanya mengutip catatan sejarah bencana alam gempa dan tsunami. Terkait kemungkinan masih ada guncangan gempa susulan, Hamdi mengemukakan secara teoritis kemungkinan susulannya masih ada, namun tidak bisa diketahui kapan waktunya. "Hanya Allah SWT yang tahu itu," katanya dan menyarankan warga tidak perlu panik kemungkinan terjadi gempa susulan akibat terjadi gerakan atau pergeseran dari lempeng Eurasia dan Indo Australia, yang memang rata-rata tiap tahun terjadi pergeseran hingga tujuh centimeter itu. Sumbar, berada di wilayah pantai barat Sumatera, satu kawasan yang dilintasi lempeng bumi, dan memang rawan terhadap guncangan gempa tektonik laut, dan tektonik darat asal lempeng Sesar Semangko yang melintasi kawasan Bukit Barisan. Sejumlah bangunan rumah dan gedung-gedung milik pemerintah dan swasta telah retak, akibat guncangan gempa baik asal tektonik darat dan laut yang acap kali menguncang berbagai daerah di Sumbar. Ia menyarankan agar masyarakat lebih waspada dan cepat keluar gedung atau bangunan, jika kembali terjadi guncangan gempa. Warga kaget Warga Kota Padang dan sejumlah kota dan kabupaten lainnya di Sumbar, yaitu Kota Payakumbuh, dilaporkan berlari keluar sambil berteriak "gempa...gempa." "Warga memang sempat berlari keluar rumah sambil berteriak `gempa...gempa`," kata Hendra, seorang warga yang dihubungi lewat telepon genggam pada Kamis sekitar jam 20:00 WIB. Rudi, warga Kota Bukittinggi, menyatakan guncangan gempa cukup dirasakan, namun tidak membuat warga panik. Emi (30-an), warga Sungai Lareh, Kelurahan Gunuang Sariek, Kecamatan Kuranci, Kota Padang mengaku, sempat kabur keluar rumah ketika terjadi guncangan gempa paa Jumat subuh. "Gempa subuh tadi (Jumat subuh--red), lebih kuat dibanding guncangan gempa terjadi pada Kamis Magrib (jam 19:56 WIB--red), " kata Emi, yang tampak begitu cemas pada subuh hari itu. (*)
Copyright © ANTARA 2007