Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, mengatakan, meski terjadi penguatan rupiah namun tidak sepenuhnya didukung oleh sentimen yang ada di mana pergerakan dolar AS terapresiasi dengan memanfaatkan sentimen rilis data ekonominya dan melemahnya yen.
"Masih rentannya rupiah dapat menghalangi potensi kenaikan lanjutan sehingga perlu dicermati berbagai sentimen, terutama pergerakan sejumlah mata uang global terhadap dolar AS," ujar Reza.
Reza menuturkan, meski timbul kekhawatiran terhadap dampak dari terjadinya perang dagang AS-Tiongkok namun, laju dolar AS cenderung mampu menguat seiring dengan penilaian mata uang tersebut mendapat keuntungan dari adanya perang dagang.
Di sisi lain, lanjut Reza, turunnya mata uang yen memberikan kesempatan pada Dolar untuk kembali menguat.
Tidak hanya itu, meningkatnya inflasi AS direspon positif sehingga berimbas pada meningkatnya laju dolar.
"Sementara itu, meski laju dolar AS terlihat menguat namun, laju Rupiah mampu terapresiasi seiring masih ada imbas disetujuinya RAPBN 2019," ujar Reza.
Baca juga: IHSG Jumat dibuka menguat 0,61 poin
Baca juga: BKPM: Investor tunda investasi karena rupiah melemah
Baca juga: BI: kurs rupiah masih berpeluang menguat
Senada dengan rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat dibuka menguat sebesar 0,61 poin atau?0,01 persen ke posisi??5.908,48.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak naik 0,15 poin (0,02 persen) menjadi 930,5.
(T.C005/B/N002/N002) 13-07-2018 10:00:01
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018