Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah , Jumat pagi, menguat sebesar 20 poin menjadi Rp9.265/9.275 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.285/9.303.
Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar mulai membeli rupiah akibat berkurangnya tekanan negatif dari pasar global, sehingga mengalami kenaikan setelah dua hari lalu terpuruk.
Berkurangnya kekhawatiran mengenai krisis kredit pasar AS mendorong pasar saham regional membaik, terpicu oleh menguatnya bursa Wall Street, katanya.
Rupiah, lanjut dia, meski mengalami kenaikan, namun posisinya masih jauh di atas level Rp9.200 per dolar AS, apalagi kondisi pasar saat ini tak menentu bisa saja rupiah kembali terpuruk.
Kenaikan rupiah saat ini juga berkat masuknya Bank Indonesia (BI) yang terus memantau pergerakan rupiah dan mengantisipasi apabila tekanan negatif itu semakin besar, katanya.
Menurut dia, rupiah terpuruk hingga sempat di atas level Rp9.300 per dolar AS, akibat krisis kredit di pasar AS menekan sektor perumahan yang diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi negara Paman Sam itu.
Rupiah juga terpuruk oleh menguatnya harga minyak mentah dunia yang mencapai lebih 78 dolar AS per barel yang mendorong pelaku bisnis yang berorientasi ekspor membeli dolar lebih banyak, katanya.
Rupiah, ia mengatakan, diperkirakan akan bisa mencapai level Rp9.400 per dolar AS pada pekan ini, namun tertahan oleh aksi BI yang masuk pasar dan didukung dengan berkurangnya kekhawatiran pelaku asing terhadap krisis kredit pasar AS.
"Kami memperkirakan peluang rupiah untuk menguat lagi hingga mendekati level Rp9.200 per dolar AS kembali terjadi, karena apabila bisa menembus level Rp9.300 per dolar AS pada akhir pekan ini maka kecenderungan untuk terus melemah sangat besar," katanya.
Mengenai dolar AS, menurut dia, saat ini stabil terhadap yen karena pelaku pasar menunggu laporan upah gaji buruh AS .
Dolar terhadap yen mencapai 119,14 yen, euro mencapai 163,25 yen dan euro terhadap dolar AS menjadi 1,3704. (*)
Copyright © ANTARA 2007