Jakarta (ANTARA News) - Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Prof Dr Said Djauharsjah Jenie menyatakan pihaknya sebenarnya sudah lama bekerja sama dengan PT INKA dan PT KA terkait peningkatan kualitas produksi kereta api dalam negeri. "Namun demikian kami sendiri juga memprotes mengapa PT Kereta Api (KA) masih juga membeli kereta dari Jepang, apa lagi ternyata kereta bekas," kata Said di Jakarta, Kamis, ketika ditanya mengenai pernyataan Wapres Jusuf Kalla ketika memberi pengarahan pada Temu Nasional Teknologi 2007 yang meminta BPPT membenahi teknologi sistem perkeretaapian nasional dalam enam bulan. Kemampuan dalam negeri, ujarnya, sudah cukup baik dalam memproduksi kereta api, bahkan PT INKA juga sudah mengekspornya ke luar negeri. "Tetapi mungkin juga ada pertimbangan lain dari mereka," katanya. Disebutkan Said, kerja sama BPPT dengan PT INKA beberapa tahun terakhir ini adalah dalam hal konsultasi dan penyediaan fasilitas pengujian seperti fasilitas uji dinamika kereta api (Fudika), uji kelelahan struktur gerbong, uji rel, dan lain-lain. Pada 2005 Meneg Ristek meluncurkan pemanfaatan Fudika, sebuah laboratorium berjalan untuk pengujian kereta api terpadu yang dilengkapi dengan sistem sensor, sistem monitoring dan analisa. Pengujian, dilakukan untuk mengetahui performa kereta api, strategi pemeliharaan, pengembangan disain, bahan pertimbangan dikeluarkannya sertifikat kelaikan KA dan riset teknologi perkeretaapian. Lingkup yang dikembangkan, kenyamanan meliputi ride index dan tingkat kebisingan, keamanan, kondisi rel dan kekuatan tarik lokomotif. Sebelumnya, Wapres Jusuf Kalla meminta BPPT untuk membenahi teknologi sistem perkeretaapian nasional dalam waktu enam bulan kedepan. "Saya minta kepada para saintis untuk bisa mengembangkan teknologi sistem perkeretaapian nasional yang lebih baik dan saya tunggu laporannya dalam enam bulan," katanya dalam pengarahannya pada temu nasional teknologi 2007 di Puspiptek Serpong, Selasa. Ia mengatakan, pembenahan teknologi sistem perkeretaapian tersebut seluruhnya harus melibatkan para ilmuwan dalam negeri.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007