“Sektor manufaktur salah satu penyumbang dalam peningkatan ekspor Indonesia ke Australia, yang meningkat hingga 18,7 persen, dari 336,3 juta dolar Amerika menjadi 399,3 juta dolar Amerika,” ungkap Atase Perdagangan Canberra, Nurimansyah.
Nurimansyah menambahkan, pada triwulan I tahun 2017 nilai ekspor Indonesia ke Australia sebesar 590,2 juta dolar Amerika, dengan kontribusi nonmigas mencapai 463,3 juta dolar Amerika dan kontribusi migas 126,9 juta Amerika. Selain itu, defisit perdagangan Indonesia-Australia pada triwulan I 2018 sebesar USD 757,9 juta atau turun 3,7% dari periode yang sama tahun 2017 yang sebesar USD 787 juta.
“Sektor manufaktur didorong oleh tumbuhnya beberapa komoditas yaitu elektronik, plastik dan produk plastik, produk logam, mesin-mesin, produk kayu, dan produk karet dengan peningkatan nilai ekspor lebih dari 10 persen,” lanjut Nurimansyah.
Sementara itu, peningkatan ekspor sektor industri primer didorong oleh peningkatan nilai ekspor pada komoditas kayu olahan, makanan olahan, logam dasar, dan logam mulia dengan pertumbuhan lebih dari 13 persen.
Di sisi lain, ekspor sektor komoditas primer turun namun tetap berkontribusi terhadap nilai ekspor nonmigas yang positif. Bahkan terdapat kenaikan ekspor mutiara 59,3 persen dan komoditas perikanan lainnya sebesar 3,6 persen. Tren kedua komoditas tersebut dalam lima tahun terakhir meningkat di atas 10 persen.
Indonesia dan Australia terus berusaha mengembangkan kemitraan ekonomi yang lebih erat. Saat ini, kedua negara masih menyelesaikan perundingan Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership (IA-CEPA). Selain itu, KBRI Canberra dan seluruh perwakilan Republik Indonesia di Australia secara rutin menyelenggarakan forum bisnis, mempromosikan sektor perdagangan, paruwisata, dan investasi.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2018