Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menerima kunjungan kehormatan dari Wakil Presiden Iran urusan Perempuan dan Keluarga, Masoumeh Ebtekar, di Kantor Wapres Jakarta, Rabu.
Pertemuan kedua wapres tersebut secara umum membicarakan mengenai penguatan kerja sama bilateral antara Indonesia dan Iran, khususnya terkait permintaan dukungan Iran terhadap Indonesia atas perkembangan kesepakatan nuklir Iran atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).
"Saya datang ke Indonesia sebagai utusan Presiden (Hassan) Rouhani untuk Presiden Joko Widodo terkait perkembangan terakhir soal kesepakatan nuklir dunia, khususnya penarikan diri Amerika Serikat," kata Wapres Ebtekar usai bertemu Wapres Kalla di Kantor Wapres Jakarta, Rabu.
Dalam pertemuan tersebut, Ebtekar menyampaikan sejarah panjang kerja sama Indonesia dan Iran dalam berbagai hal, sehingga dia berharap Indonesia dapat tetap berada dalam posisi mendukung kesepakatan nuklir Iran tersebut.
"Bagaimana upaya-upaya yang berbeda harus dilakukan untuk mempertahankan perjanjian non-proliferasi nuklir ini, dimana kesepakatan internasional itu didasarkan pada Dewan HAM PBB untuk melindungi perdamaian dan keamanan dunia saat ini," jelasnya.
Baca juga: Wapres minta guru PNS netral dalam pemilu
Baca juga: Wapres harap guru Indonesia "melek" teknologi
Selain itu, kedatangan Wapres Ebtekar ke Indonesia juga untuk meningkatkan hubungan bilateral Iran-Indonesia antara lain di bidang, pemberdayaan perempuan, perdagangan, perekonomian, serta minyak dan gas.
Sebelumnya Presiden Iran Hassan Rouhani mengancam akan mengurangi kerja sama dengan badan pengawas nuklir PBB menyusul penarikan diri Presiden Amerika Serikat Donald Trump dari kesepakatan nuklir Iran JCPOA.
"Kegiatan nuklir Iran selalu diarahkan untuk tujuan damai, tapi Iran lah yang akan memutuskan soal tingkat kerja sama yang akan diberikannya dengan IAEA," kata kata Presiden Rouhani seperti dikutip IRNA.
Presiden Rouhani menyalahkan Presiden Trump atas penarikan diri AS dari kesepakatan nuklir tersebut sehingga hal itu menyebabkan situasi menjadi rumir. Apabila Iran terus tidak mendapat keuntungan dari kesepakatan nuklir setelah AS mundur dari kesepakatan tersebut, maka Rouhani akan membuat keputusan baru.
Baca juga: Iran protes pengusiran diplomatnya oleh Belanda
Baca juga: Iran: sanksi minyak AS bikin lemah OPEC
Baca juga: Iran panggil dubes Prancis, Belgia, Jerman di Teheran
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2018