San Francisco (ANTARA News) - Perusahaan induk Google, Alphabet Inc., memperkenalkan peralatan baru untuk iklan yang akan banyak mengandalkan kemampuan mesin untuk menentukan iklan yang akan dipasang dengan mengandalkan algoritme.
Layanan iklan Google itu dikembangkan dengan machine learning, perangkat lunak akan menganalisis sejumlah kondisi awal dan kondisi akhir untuk menentukan bagaimana cara memaksimalkan iklan berdasarkan kondisi terkini, demikian dikutip Reuters.
Google meyakini machine learning dapat memprediksi kapan memunculkan iklan. Cara tersebut juga diyakini mampu memberi dampak maksimal pada traffic toko dalam jaringan (daring) Internet atau sentimen konsumen terhadap merek tertentu.
Alat tersebut secara otomatis dapat memilih teks terbaik untuk iklan di pencarian Google. Sementara itu, bagi konsumen yang mencari kata kunci tersebut akan melihat iklan berdasarkan konteks.
Teknologi baru itu di satu sisi mendapat sambutan dari para pemasang iklan, yang merasa diuntungkan karena cara baru ini dianggap lebih efisien. Di sisi lain, pakar teknologi mengkhawatirkan keamanan konsumen dengan pergeseran tersebut.
Salah satu kekhawatiran mereka adalah mesin menjadikan individu sebagai mangsa atau menawarkan iklan tertentu berdasarkan ciri yang sensitif, misalnya ras.
Google tidak menargetkan iklan berdasarkan ras, tapi algoritme mungkin melakukannya berdasarkan informasi tambahalan lainnya, menurut Dipayan Ghosh, yang pernah bekerja di bagian kebijakan publik Facebook dan juga seorang akademisi di Harvard University.
Wakil Direktur Senior Google untuk iklan, Sridhar Ramaswamy menyatakan mereka sudah melakukan penelitian di machine learning untuk menentukan titik yang adil, namun, disebut “tidak menyelesaikan masalah”.
Machine learning akan membantu Google untuk menganalisis data pengguna untuk menghitung kunjungan ke toko dan keinginan untuk membeli sesuatu.
Pewarta: Natisha Andarningtyas
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018