Banjarmasin (ANTARA News)- Sekretaris Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Sudibyo Alimosso, mengakui peran dan fungsi badan tersebut di Indonesia belakangan ini terkesan kurang diperhatikan, bahkan dianggap "mati suri". Padahal keberadaan lembaga ini dalam upaya meningkatkan kualitas keluarga di Indonesia sangat besar artinya, makanya Presiden RI sekarang ingin kembali mengaktifkan lembaga ini ke arah peranan yang lebih besar, kata Sudibyo Alimooso kepada pers di Banjarmasin, Kamis. Ketika ditanya di sela-sela mengikuti peringatan Hari Keluarga Nasional XIV 2007 tingkat Propinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) di halaman Balaikota Banjarmasin, Kamis, Alimosso menyebutkan program BKKBN mencetak keluarga yang berkualitas sudah pula mendapat dukungan banyak pihak. Dukungan tersebut lantaran adanya pertimbangan bila laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang sekarang sudah tercatat 222 juta jiwa tidak diseimbangkan atau dikendalikan, maka bangsa ini bakal hancur. Laju tingkat pertumbuhan penduduk yang cepat tersebut mengakibatkan jumlah penduduk Indonesia sudah berada pada urutan keempat di dunia, atau laju pertumbuhannya antara tiga hingga empat juta per tahun. "Artinya setiap tahun, bangsa ini bisa melahirkan sebuah negara, karena jumlah penduduk negara Singapura saja hanya tercatat empat juta jiwa," katanya sambil tersenyum. Selain itu, katanya, bangsa ini menghadapi tingginya tingkat kelahiran penduduk (TFR) yang berdasarkan sensus penduduk 1971 angka TFR 5,6 anak per wanita usia produksi, dan saat ini telah bisa diturunkan menjadi 2,6 anak per wanita. Penurunan TFR ini antara lain disebabkan meningkatnya pemanfaatan alat dan obat kontrasepsi pada pasangan usia subur atau pemakaiannya sudah mencapai 60 persen. Bayangkan saja laju pertumbuhan penduduk Indonesia begitu cepat, sementara lapangan pekerjaan untuk menampung pertumbuhan penduduk sebanyak itu tidak tersedia, akhirnya terjadilah kemiskinan dan kemelaratan. Bila dalam suatu negara terjadi kemiskinan dan kemelaratan, yang muncul adalah terjadinya konflik sosial, terjadinya tingkat kreminalitas yang tinggi, penyalahgunaan narkoba, pengangguran, rendahnya tingkat pendidikan bahkan kesehatan yang buruk. Bila kesehatan yang buruk pula, maka tingkat kematian ibu hamil begitu tinggi, tingka kematian bayi juga tinggi serta umur harapan hidup masyarakat menjadi rendah. Akibat kemiskinan itu pula, maka hasil penelitian kualitas hidup masyarakat Indonesia berada diurutan 107 dari 170 negara yang diteliti, artinya sudah berada di ranking papan bawah. (*)
Copyright © ANTARA 2007