Manila (ANTARA News) - Kelompok bersenjata membunuh wakil walikota kota di Filipina pada Sabtu, kata polisi, kurang dari sepekan sesudah dua walikota ditembak mati dalam kejadian terpisah, termasuk yang Presiden Rodrigo Duterte katakan mungkin memiliki hubungan dengan narkotika gelap.
Serangan terkini itu menjadikan sebanyak 15 walikota dan wakil walikota terbunuh sejak Duterte melancarkan perang maut terhadap narkotika ketika mulai berkuasa pada 2016, kata CNN Filipina, mengutip penghitungan penelitinya.
Duterte memiliki daftar pantauan pejabat daerah, yang diduga memiliki kaitan ke perdagangan obat terlarang.
Putri salah satu korban lain pada pekan ini menyatakan ayahnya tidak terlibat dalam narkotika dan polisi mengatakan tidak menerima keterangan apa pun, yang menghubungkan yang lain dengan perdagangan itu.
Polisi menewaskan lebih dari 4.200 tersangka pengedar dan pengguna narkotika sejak Duterte berkuasa. Beberapa ribu lagi dibunuh kelompok bersenjata, yang dinyatakan pihak berwenang sebagai perlawanan rakyat atau anggota penjahat pesaing.
Polisi membantah tuduhan kelompok hak asasi manusia dan penentang perang itu bahwa beberapa pembunuhan adalah hukuman dini, dengan mengatakan bahwa mereka harus menggunakan kekerasan karena tersangka, yang bersenjata, dengan keras menolak penangkapan.
Juru bicara kepresidenan Harry Roque mengatakan bahwa kekerasan mengkhawatirkan melibatkan politisi daerah harus berakhir dan polisi harus segera menindak kejahatan terkini.
Alexander Lubigan, wakil walikota Trece Martires di Cavite, selatan Manila, berada di kendaraan SUV saat kelompok bersenjata di SUV lain melepaskan tembakan, kata polisi. Pengawalnya juga terbunuh.
Alasan dan jatidiri kelompok bersenjata dalam pembunuhan terkini itu masih diselidiki, kata Inspektur Kepala Edward Carranza, direktur kepolisian daerah.
Pada Senin, dada Walikota Antonio Halili dari kota Tanauan di Batangas, selatan Manila, terkena peluru dalam upacara pengibaran bendera.
Halili terkenal pada 2016 karena mengarak tersangka pengedar narkotika di jalanan, tapi ia termasuk dalam daftar pantauan pemimpin daerah Duterte.
Duterte menyatakan walikota itu mungkin memiliki beberapa keterlibatan dalam narkotika dan upayanya mengarak tersangka adalah cara untuk meyakinkan polisi bahwa ia tidak terlibat dalam perdagangan obat terlarang.
Puteri Halili membantah bahwa ayahnya memiliki kaitan dengan perdagangan obat terlarang itu.
Pada Selasa, kelompok bersenjata bersepeda motor membunuh Walikota Ferdinand Bote dari kota General Tinio di provinsi Nueva Ecija, tapi polisi menyatakan ia tidak terkait dengan perdagangan obat bius, demikian Reuters.
(Uu.B002/M016)
Pewarta: -
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018