Atambua (ANTARA News) - Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta, yang sedianya akan mengumumkan siapa yang lebih berhak membentuk pemerintahan pada Rabu (1/8) kemarin, memutuskan menunda pengumuman penting itu hingga Jumat (3/8) mendatang, menyusul jalan buntu pertemuan antara pihak-pihak peraih suara dalam Pemilu Parlemen. Harian berpengaruh di Timor Leste, Suara Timorlorosae, sebagaimana dikutip Antara dari Atambua, NTT, Kamis, menyatakan penundaan ini terkait kegagalan negosiasi antara Partai Fretilin dengan kelompok Aliansi Mayoritas Parlamentar (AMP), yang beranggotakan CNRT, ASDT-PSD dan PD. Dalam negosiasi yang ditengahi Horta di Istana Debu, Kaikoli, Dili, Rabu (1/8), pihak Fretilin dihadiri Ketua Umum Partai Fretilin, Francisco Guterres (Lu Olo) dan Mari Alkatiri, sedangkan AMP diwakilkan pada Ketua Umum Partai CNRT, Xanana Gusmao, dan salah satu tokoh dalam koalisi itu, Mariano Assanami Sabino. Usai menengahi negosiasi antara Fretilin dan AMP, Horta kepada wartawan mengatakan atas permintaan mereka, maka pihaknya memberikan kesempatan dua hari lagi agar mereka bisa mendapatkan solusi yang baik bagi bangsanya. Waktu dua hari itu adalah batas waktu terakhir yang diberikan kepada kedua pihak untuk mencapai satu keputusan, tambahnya. "Mereka minta agar presiden memberi waktu lagi agar mereka bisa mendapatkan solusi yang baik bagi bangsa ini. Jadi, kita lihat saja besok atau lusa apakah mereka mampu mencapai satu solusi yang baik," katanya. Saat keluar dari Istana Debu, wajah mantan penghuni Istana Debu, Gusmao, terlihat tidak puas dengan penundaan itu. Mantan PM Mari Alkatiri juga terlihat tegang, sedangkan Presiden Fretilin, Francisco Guterres, terlihat tersenyum dan sesekali mengumbar tawa, dan Assanami pun hanya tersenyum biasa. Sementara itu, informasi yang diterima media massa dari sumber-sumber terpercaya, menyebutkan penundaan tersebut terjadi karena AMP tidak setuju dengan permintaan Fretilin dan Presiden Horta. "Fretilin meminta posisi wakil PM dan pos menteri perminyakan untuk Mari Alkatiri, permintaan ini tentunya tidak diterima AMP," kata sumber itu. Ada pun sumber lain yang menyebutkan, AMP juga menolak mentah-mentah permintaan Presiden Horta yang menginginkan Ana Pessoa Pinto dan Estanislau Aleixo da Silva untuk dilibatkan dalam pemerintahan AMP. Kegagalan negosiasi antara Fretilin dan AMP membuat Kepala Negara Timor Leste berada dalam posisi dilematis dan pusing tujuh keliling. Bahkan Presiden Horta mengancam dirinya akan mundur diri dari jabatan presiden kalau AMP tidak menerima tawarannya. "Kalau AMP tidak menerima tawaran saya untuk membentuk pemerintah Grande Inkluzaun, maka saya akan mundur diri dari presiden," ujar salah satu anggota AMP, meniru ucapan Horta dalam pertemuaan di Istana Debu, Rabu kemarin. Sumber itu juga mengatakan AMP menolak mentah-mentah tawaran Horta. Posisi AMP jelas kalau Horta memberi mandat kepada AMP dan AMP siap bentuk pemerintah, dan jika Horta memberikan kepada Fretilin, maka AMP juga siap menerima. (*)

Copyright © ANTARA 2007