Pertandingan ini bukan untuk dinikmati, namun tujuan kami telah tercapai."
Sochi (ANTARA News) - Luka Modric telah tampil cukup baik di Piala Dunia 2018 untuk melampaui sejumlah nama papan atas di sepak bola kontemporer, namun ketika dirinya memasuki Stadion Fist di Laut Hitam pada Sabtu melawan Rusia bakal memiliki kesempatan untuk menjadi bagian dari dongeng indah Kroasia.
Sejak tim Kroasia yang penuh talenta mencapai semifinal Piala Dunia 1998, pada turnamen utama kedua mereka sebagai negara merdeka pada 1991 pasca-bubarnya Yugoslavia, generasi-generasi di bawahnya berada di bawah tekanan dari para penggemar dan media negara itu untuk mengulangi pencapaian tersebut.
"Generasi 1998" kalah dari tuan rumah Prancis di semifinal, kemudian menang 2-1 atas Belanda pada playoff peringkat ketiga, menginspirasi banyak orang di negara Balkan, termasuk Modric yang saat itu masih berusia 12 tahun.
Kini berusia 32 tahun dan merupakan salah satu nama besar yang tersisa di Rusia, akibat tersingkir lebih awalnya Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, Modric menjadi sorotan global ketika bergabung dengan Tottenham Hotspur di Liga Inggris pada 1998.
Pengoper bola yang visioner dan pemilik kemampuan dribel kelas wahid itu mampu mempertahankan kualitasnya dengan tim Real Madrid yang telah beberapa kali menjuarai Liga Champions sejak bergabung dengan mereka pada 2012.
Modric tampil gemilang di fase grup dan mencetak satu gol di turnamen akbar, mengungguli Messi dan Argentina, untuk memimpin timnya memuncaki klasemen grup.
Ia menjadi perhatian banyak pihak, pasca-dipulangkannya Ronaldo dan Messi setelah Portugal dan Argentina kalah di putaran 16 besar, namun penampilan Modric tidak menonjol pada pertandingan melawan Denmark.
Bagaimanapun, Modric hampir berperan mengamankan kemenangan bagi Kroasia pada menit-menit terakhir sebelum akhir perpanjangan waktu kedua, dengan umpan terobosan yang dikejar Ante Rebic sebelum dijatuhkan Mathias Jorgensen di kotak penalti.
Sang kapten Kroasia, yang begitu dihormati sesama pemain karena telah menjadi pemain yang mengutamakan tim, mengeksekusi penalti, namun tembakan lemahnya dapat diblok kiper Denmark Kasper untuk membuat permainan harus diteruskan dengan adu penalti.
Modric pun kembali ke titik putih 15 menit kemudian dan mampu mengecoh Schmeichel dengan eksekusi ketiga Kroasia, ketika timnya menang 3-2 untuk menjaga peluang dirinya mewujudkan impian melampaui "Generasi 1998" Kroasia.
"Sejak 2008 kami tidak pernah mampu melampaui pertandingan fase gugur pertama dan sangat penting bagi kami untuk melewatinya," kata Modric kepada laman resmi FIFA.
Ia menimpali, "Saya tenang dan fokus. Saya memberanikan diri untuk tanggung jawab sebagai seorang kapten dan saya harus melakukannya. Sebagai hasilnya, saya sangat emosional setelah pertandingan."
"Saya ingin Kroasia ini mengonfirmasi talenta mereka, untuk mengambil langkah selanjutnya. Pertandingan ini bukan untuk dinikmati, namun tujuan kami telah tercapai," ujarnya.
Kemenangan yang didapat dengan susah payah atas Denmark, maka Kroasia tinggal selangkah lagi untuk menyamai penampilan terbaik mereka pada 1998, dan jika mereka mampu kembali memainkan permainan mengalir seperti pada fase grup pada Sabtu, tuan rumah akan sulit untuk meghentikan mereka.
Davor Suker menjadi sosok yang terdekat untuk memenangi Bola Emas, yang dihadiahkan untuk pemain terbaik di Piala Dunia, pada 1998, ketika ia finis di urutan kedua di bawah bintang Brazil Ronaldo.
Modric akan menjadi penantang terkuat untuk melampaui Suker, namun ia menunggu untuk dongeng yang lebih baik.
"Untuk berada di Piala Dunia ini merupakan keistimewaan besar," ucapnya, seperti dilansir Reuters.
Ia menambahkan, "Bermain untuk tim ini merupakan kehormatan dan kegembiraan besar, namun untuk menjuarai Piala Dunia dengan Kroasia merupakan hal yang hampir tidak terpikirkan, seperti sebagian besar dongeng indah! Akan sangat luar biasa untuk mengangkat trofi sebagai kapten."
Pewarta: -
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2018