"Pasir laut dipilih karena kandungan silika pada pasir laut di Indonesia cukup tinggi, bisa mencapai lebih dari 60 persen dari seluruh kandungan pasir," kata Ketua Tim Pasir Laut sebagai Bahan Penyerap Minyak Universitas Brawijaya, Bramantya, di Malang, Jawa Timur.
Ia mengatakan, pemilihan pasir laut sebagai bahan dasar pembuatan absorben silika aerogel ini, karena selain kandungan silikanya tinggi dan banyak terdapat di pantai-pantai Indonesia, harganya pun murah dan terjangkau, sehingga memudahkan dalam penelitian mereka.
Menurut Bramantya, kegiatan pengolahan minyak pasti berdampak positif bagi perekonomian negara, namun dapat berdampak buruk bagi lingkungan dalam bentuk tumpahan minyak.
Berdasarkan PP Nomor 18/1999 juncto PP Nomor 85/1999 tentang pengelolaan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun), tumpahan minyak termasuk dalam katagori limbah B3, karena sifat dan konsentrasinya dapat membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan hidup.
Terlebih jika tumpahan terjadi di laut akan menyebabkan rusaknya ekosistem laut.
Bramantya mengemukakan, metode paling umum untuk menghilangkan tumpahan minyak di laut adalah insitu burning yaitu membakar minyak langsung di laut. Tetapi, metode itu tidak menyelesaikan masalah lingkungannya, malah menambah polusi udara.
Penelitian yang menghasilkan penyerap minyak berbahan dasar pasir laut itu di bawah bimbingan dosen Rama Oktavian.
Lebih lanjut, Bram mengatakan, Silika Aerogel dipilih sebagai absorben karena mempunyai sifat hidrofobik, yaitu cenderung menolak air dan oliofilik yang cenderung menyerap minyak, karena inilah aerogel dapat menyerap minyak di air laut alih-alih airnya yang terserap.
Penelitian yang didanai Kemenristekdikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini menggunakan TEOS (tetraetilortosilikat) sebagai pemodifikasi permukaan aerogel. TEOS akan mengubah permukaan aerogel menjadi non-polar sehingga akan menolak senyawa-senyawa polar seperti air dan menyerap senyawa-senyawa non-polar seperti minyak.
Hasil dari penelitian ini didapat silika aerogel dengan sifat hidrofilik dengan sudut kontak air rata-rata di atas 140 derajat dan dapat menyerap minyak di atas 10 g/g silika aerogel.
"Ke depan, kami berharap penelitian ini dikembangkan dan bisa diterapkan di lapangan langsung tidak hanya di laboratorium saja, sehingga bisa mengatasi permasalahan tumpahan minyak secara efisien dan tidak menyebabkan permasalahan yang lain," anggpta tim lainnya, Losendra.
Selain Bramantya dan Losandra, mahasiswa teknik kimia lainnya yang terlibat dalam penelitian dan penemuan penyerap minyak berbahan dasar pasir laut itu adalah Muhammad Rifaldi.
Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018