Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Kamis pagi, melemah mendekati level Rp9.300 per dolar AS, akibat menjalarnya sentimen negatif pasar AS ke kawasan regional. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.288/9.298 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.239/9.270 atau turun 49 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan sentimen negatif pasar regional masih berlanjut, sehingga rupiah kembali terkoreksi, meski tekanan tersebut agak berkurang. Tekanan dari internal juga muncul setelah Biro Pusat Statistik (BPS) mengumumkan kenaikan laju inflasi Juli 2007 yang mencapai 0,72 persen yang menekan rupiah, katanya. Rupiah, menurut dia, akan masih mendapat tekanan pasar, sehingga Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus memantau pasar karena dikhawatirkan rupiah akan terus bergejolak. Apabila rupiah bisa menembus level Rp9.400 per dolar AS, maka ini perlu diwaspadai lebih dini, karena akan menghambat pertumbuhan ekonomi nasional, katanya. Ia mengatakan meski tekanan pasar berkurang, rupiah bisa saja terus terpuruk hingga mendekati level Rp9.400 per dolar AS meski untuk menuju ke sana diperkirakan agak sulit. Selain faktor fundamental ekonomi yang cukup kuat, juga tidak ada faktor politis lainnya yang memicu rupiah merosot tajam. Rupiah terpuruk karena faktor regional akibat krisis kredit pasar AS, ucapnya. Rupiah, ia mengatakan, masih ada peluang untuk bisa menguat apabila krisis kredit pasar AS kembali normal, dan didukung oleh membaiknya pasar saham regional. "Kami juga optimis BI akan terus memantau pergerakan rupiah agar tidak mencapai level Rp9.400 per dolar AS, karena bila menembus akan menimbulkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi," katanya. Mengenai yen, menurut dia, agak menguat terhadap dolar AS, setelah pasar saham AS merosot akibat pengaruh krisis kredit AS. Dolar AS turun 0,1 persen menjadi 118,75 yen dan euro melemah 0,2 persen menjadi 162,20 yen. (*)

Copyright © ANTARA 2007