Makassar (ANTARA News) - TNI Angkatan Laut memperketat pengamanan di perbatasan Morowali, Sulawesi Tengah, karena ditengarai marak terjadi penyelundupan senjata melalui kawasan tersebut.
Hal itu diungkapkan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL), Laksamana TNI Slamet Soebijanto, usai meresmikan KRI Makassar-590 dan KRI Boiga-825 di dermaga Hatta Pelabuhan Makassar, Rabu.
Selain penyelundupan senjata, beberapa tindak kejahatan yang sering terjadi di perairan Indonesia adalah illegal fishing namun ia tidak menyebutkan kawasan yang rentan menjadi praktek illegal fishing yang umumnya dilakukan para nelayan.
Sebab itu, lanjutnya, pihaknya memerlukan sejumlah kapal perang untuk mendukung wilayah perairan di perbatasan, termasuk mencegah WNI yang melakukan lintas batas ilegal.
Menurut KSAL, saat ini TNI AL telah memiliki tiga unit KRI (kapal besar) yang diresmikan pada tahun 2007 di antaranya adalah KRI Hasanuddin dan KRI Diponegoro.
Kendati demikian, laksamana bintang empat ini mengakui bahwa pihaknya masih membutuhkan sekitar 376 kapal perang lagi untuk dapat melakukan pengawasan dan pengamanan perairan Indonesia karena 3/4 wilayah negara ini adalah lautan.
"Kita baru memiliki sekitar 120 kapal perang sementara untuk melakukan pengamanan/pengawasan di perairan Indonesia yang dikelilingi sekitar 3/4 lautan ini dibutuhkan sebanyak 376 unit kapal perang," tuturnya.
Sementara itu, beberapa kapal milik TNI AL ini juga dikerahkan untuk mengangkut kebutuhan logistik korban bencana alam di Morowali.
Slamet mengakui, saat ini ada dua kapal TNI AL yang stand by di daerah bencana Morowali yakni KRI Teluk Jakarta dan KRI Lampung Mangkura.
Bahkan beberapa KRI milik TNI AL ini juga siap dikerahkan untuk membantu pemerintah terkait pengangkatan bangkai pesawat Adam Air yang jatuh pada 1 Januari 2007 di Perairan Majene, Sulawesi Barat.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007