Munich (ANTARA News) - Sesal kemudian tidaklah berguna, ungkap Uli Hoeness selaku manajer klub sepakbola Bayern Munich di Jerman setelah melihat kenyataan bahwa dirinya tidak menggunakan kesempatan untuk belanja pemain tepat pada waktunya.
Hoeness bahkan menyebut dirinya "bodoh" karena tidak menggunakan uang jutaan ero untuk membentuk tim yang tangguh. Padahal para fans mengharapkan Bayern Munich tampil sebagai tim impian.
Bayern menduduki posisi keempat dalam Liga Utama Jerman pada musim kompetisi lalu dan tersingkir dari Liga Champions.
Sampai-sampai sebanyak 69 juta ero digelontorkan untuk mendongkrak posisi Bayern Munich dalam menghadapi musim kompetisi mendatang.
Para pemain sekaliber gelandang Prancis Franck Ribery, pemain Italia Luca Toni dan striker Jerman Miroslav Klose yang menjadi pencetak gol terbanyak pada Piala Dunia tahun lalu, diboyong ke Munich.
Bayern yakin tempat pertama bakal diperoleh pada musim kompetisi ini menyusul sukses yang diraih klub itu dalam Piala Liga Jerman pada pekan lalu. Bayern menang 1-0 atas Schalke 04 di Leipzig.
"Selama berlangsungnya Piala Liga Jerman pada pekan lalu, saya berpikir betapa bodohnya saya karena tidak membelanjakan uang sedini mungkin," katanya.
"Sekarang saya menoleh ke belakang dan mengingat bahwa betapa marahnya saya dalam musim kompetisi lalu, sementara saya sekarang menikmati nonton sepakbola. Kita harusnya mengambil tindakan secepat-cepatnya."
"Langkah itu tentu bakal meningkatkan mutu hidup saya," katanya setelahh menyaksikan gelandang Prancis Franck Ribery mencetak tiga gol dalam dua pertandingan di Piala Liga Jerman. Ribery dikontrak Bayern seharga 26 juta ero.
Hoeness juga mengatakan cita rasa bisnis terabaikan dari jendela sepakbola manakala para pendukung dan anggota pemilik klub ingin melihat hasil-hasil yang spektakuler, berapa pun biayanya.
"Publik tidak ingin para pegiat bisnis berhitung dengan biaya yang dikeluarkan. Mereka ingin melihat hasil spektakuler. Mereka ingin nama besar, mereka ingin hiburan," katanya, seperti dikutip DPA.
Menurut dia, "Bagi banyak orang, tidak ada urusan kalau kami untung atau rugi. Yang penting tim bermain dengan sepakbola yang menarik."
"Meski semuanya haruslah berhati-hati karena kalau kebijakan itu berlangsung dalam jangka panjang justru membahayakan klub," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007