Bagdad (ANTARA News) - Tiga tentara Amerika Serikat tewas dan enam lagi cedera hari Selasa sesudah bom meledak di dekat ronda mereka di Bagdad, kata tentara negara adidaya itu hari Rabu. Serangan tersebut meningkatkan jumlah korban tentara Amerika Serikat di Irak menjadi 82 orang pada Juli, sementara sejak serbuan pimpinan negara adidaya itu untuk menumbangkan Presiden Saddam Hussein tahun 2003 menjadi 3.652 tentara, kata hitungan kantor berita Prancis AFP berdasarkan atas angka Pentagon. Juli masih menjadi bulan kurang mematikan bagi tentara Amerika Serikat sejak November lalu. Jumlah tentara Amerika Serikat tewas turun sejak Juni yakni sebanyak 93 serdadu, dan Mei, ketika 121 terbunuh, yang membuatnya bulan paling mematikan bagi pasukan negara adidaya tersebut sejak penyerbuan ke Falujah pada November 2004. Komandan Amerika Serikat meramalkan jumlah korban mencapai puncak pada Mei dan Juni saat tentaranya menekan dengan serangan di dan sekitar Bagdad sebagai bagian rencana lima bulan untuk menenangkan ibukota itu. Sekarang, banyak tentara Amerika Serikat terlibat dalam serangan pertama itu menangani pos terdepan pertempuran di seluruh kota tersebut dan sering meronda wilayah mereka, membuat pejuang kekurangan waktu untuk bersatu kembali. Tentara menyatakan bom itu, di bagian timur ibukota negara terkoyak perang tersebut, merupakan "penembus berbentuk peledak", jenis khusus mematikan dari sarana penembus baja. Bentuk peledak itu ialah bom jalanan, yang menembakkan segumpal logam cair, yang mampu menghancurkan kendaraan berlapis baja berat Washington dan komandan Amerika Serikat di Irak menuduh Iran memasok pejuang di Irak dengan senjata seperti itu. Iran menyangkal tuduhan tersebut. Pasukan Amerika Serikat tahun ini bekerja dengan pemimpin suku Arab Sunni, karena letih akibat pembunuhan membabi-buta oleh Alqaida, untuk membibit satuan polisi setempat untuk memberantas kelompok Sunni. Alqaida disalahkan akibat menyalakan kebencian aliran dan kekerasan di antara bagian besar Arab Syiah dan suku kecil Sunni, yang berkuasa di bawah Saddam. Tambahan 9.000 tentara Amerika Serikat dan Irak dikirim ke Anbar awal Juli dalam gerakan baru menyasar pejuang di propinsi Arab Sunni tersebut. Kekerasan surut sejak rencana memakai suku setempat dalam perjuangan melawan Alqaida memaksa pejuang bergerak ke propinsi lain, khususnya Diyala di utara Bagdad. Pada ahir Juni, ribuan prajurit Amerika Serikat dan Irak memasuki propinsi Diyala dalam penyerbuan dikenal sebagai Gerakan Panah Penyobek, yang bertujuan menghalau gerilyawan Alqaida dari ibukota provinsi itu, Baquba.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007