Laju Rupiah kembali mengalami depresiasi seiring dengan melemahnya Euro terhadap Dolar AS.
"Pergerakan Rupiah yang mampu memanfaatkan penguatan sejumlah mata uang "hard currency" lainnya selain USD diharapkan dapat kembali terjadi seiring masih rendahnya nilai tukar Rupiah dibandingkan USD," kata analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.
Laju Rupiah sebelumnya mampu bergerak positif dengan memanfaatkan penguatan Euro terhadap Dolar AS. Pelaku pasar terlihat melepas dolar jelang pengenaan tarif terhadap sejumlah barang-barang impor Tiongkok.
Di sisi lain, penguatan Rupiah turut terimbas kenaikan CNY setelah bank sentral Tiongkok, People`s Bank of China, melakukan upaya untuk menahan pelemahan mata uang tersebut.
Dalam kesempatannya, Gubernur Yi mengatakan bahwa bank sentral mengamati dengan seksama fluktuasi nilai tukar mata uang asing dan akan berusaha mempertahankan Yuan pada tingkat yang stabil dan masuk akal serta arus modal yang masih terkendali.
Dari dalam negeri, adanya komentar dari Menko Perekonomian, Darmin Nasution, yang menegaskan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan 2 2018 berkisar 5,2 persen hingga 5,3 persen cukup direspon positif.
Baca juga: Darmin prediksi pertumbuhan triwulan II-2018 5,2-5,3 persen
"Diperkirakan Rupiah akan bergerak di kisaran 14.350-14.339," ujar Reza.
Senada dengan Rupiah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu dibuka melemah sebesar 5,73 poin atau?0,1 persen ke posisi??5.727,91.
Sementara kelompok 45 saham unggulan atau LQ45 bergerak turun 1,45 poin (0,16 persen) menjadi 906,35.
Baca juga: Rupiah Rabu pagi menguat 63 poin
Baca juga: Gubernur Bank Indonesia: Pasar tidak perlu panik
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018