Jakarta (ANTARA News) - Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Laksana Tri Handoko mengatakan kasus kekerdilan atau stunting yang terjadi di Indonesia merupakan masalah perilaku masyarakat terkait dengan asupan gizi.
Handoko mengatakan di Jakarta, Rabu, masalah kekerdilan mulai terjadi bahkan sejak anak remaja, setelah menikah dan hamil, hingga saat mengasuh anak.
"Pemenuhan gizi 1000 hari pertama kehidupan itu sejak janin. Jadi itu sebabnya perilaku ibu hamil sangat penting. Karena pembentukan kecerdasan sudah terjadi di janin setelah usia tiga bulan," kata Handoko.
Dia menegaskan bahwa kasus kekerdilan pada balita tidak hanya terjadi di daerah terpencil dan masyarakat miskin, melainkan juga terjadi di kota-kota besar bahkan pada masyarakat mampu.
"Yang sekarang terjadi sudah banyak, 9 juta itu tidak sedikit. Masalah ini tidak hanya masalah secara fisik, tapi masalah perilaku," terang dia.
Handoko menerangkan bahwa sekitar 20 persen dari total kasus kekerdilan di Indonesia berasal dari masyarakat kalangan mampu.
"Karena tidak mau gemuk, atau banyak makan makanan ringan lalu kenyang sehingga keseimbangan gizinya tidak tercapai," jelas dia.
Selain itu pengetahuan mengenai pengolahan makanan dengan benar juga menjadi masalah yang membuat kandungan gizi pada makanan menghilang.
Dia mencontohkan cara memasak yang terlalu lama, penggunaan minyak goreng terlalu banyak, atau menyuci beras terlalu bersih sehingga kulit ari beras yang mengandung vitamin B terbuang, dan lain sebagainya bisa menyebabkan tidak tercukupinya kebutuhan gizi masyarakat.
Baca juga: Bank Dunia hibahkan 400 juta dolar Amerika Serikat atasi kekerdilan
Baca juga: Presiden Bank Dunia: "stunting" harus diselesaikan segera
Baca juga: Presiden ajak Bank Dunia gunakan teknologi atasi "stunting"
(A071/S025)
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018