Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR RI Zulkifli mengatakan bahwa Halal Bi Halal merupakan tradisi khas bangsa Indonesia.

Kegiatan silaturahmi seperti halal bi halal menurut pria asal Lampung itu perlu diperbanyak apalagi di tahun politik menjelang Pemilu Presiden 2019.

"Ini perlu dilestarikan. Silaturahmi antarparpol perlu dilakukan," ujar Zulkifli usai menghadiri acara halal bi halal di Aula KH Ahmad Dahlan, Gedung Dakwah Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, seperti yang tertulis dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu.

Selain Ketua MPR, acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Wakil Ketua DPR Fachri Hamzah, Gubernur Jakarta Anies Baswedan, Ketua PPP Rohamurmusy, beberapa anggota MPR dan menteri Kabinet Kerja, para duta besar negara sahabat, serta tokoh, pengurus, dan aktivis Muhammadiyah.

Selain bersama Muhammadiyah, Zulkifli mengatakan telah melakukan halal bi halal bersama NU, kemarin. Selanjutnya dia mengharap agar lembaga negara yang lain dan partai politik melakukan hal yang sama.

"Jadi kalau di tahun politik banyak silaturahmi, itu berarti bagus," tegasnya.

Zulkifli mengakui saat ini, sebagai politisi, masih fokus pada pertemuan dan lobby-lobby lintas atau antarpartai. Hal demikian dilakukan agar penyusunan komposisi lintas partai dalam menghadapi Pemilu Presiden bisa kuat dan diterima masyarakat.

Lebih lanjut dipaparkan dalam menghadapi bursa Capres dan Cawapres, diharapkan partai politik semakin intens bertemu.

"Besok pagi saya mengundang Anies Baswedan," ungkapnya. "Sebelumnya saya mengundang Pak Prabowo, Cak Imin, Rizal Ramli, dan Pak Gatot," tambahnya.

Dalam kesempatan tersebut Zulkifli Hasan juga menyikapi tenggelamnya KM Sinar Bangun di Danau Toba, Sumatera Utara, dan KM Lestari Maju di Selat Pulau Selayar, Sulawesi Selatan.

Di mana tenggelamnya kapal tersebut membawa duka bagi bangsa Indonesia. Ada banyak korban jiwa dan raga dalam kejadian tersebut.

Zulkifli Hasan mengatakan, bila kecelakaan, tenggelamnya kapal motor, terjadi kali pertama, itu disebut sebagai musibah. Bila terjadi kedua kali, dikatakan sebagai kelalaian.

"Kalau terjadi ketiga atau terulang lagi itu merupakan bentuk ketidakpedulian," ujarnya.

Ditegaskan jangan sampai ada kesan terjadi pembiaran. "Harus ada yang bertanggungjawab," paparnya.

Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018