Jakarta (ANTARA News) - Bisnis pelayaran nasional harus dikelola bersama dengan semangat bersaing secara sehat. Jika tidak maka bisa menghadapi ancaman dampak negatif perang tarif, yang dapat berdampak negatif juga di tengah upaya pemerintah Indonesia memerkuat jalur logistik nasional.

Indikasi utama terjadi perang tarif di sektor perkapalan itu adalah upaya banting harga, salah satunya dalam proses tender tol laut.

"Itu persaingan yang tidak sehat," tegas Direktur Utama PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR), Masli Mulia, dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu.

Banting harga di bisnis perkapalan, menurut dia, bukan strategi yang benar. "Saat ini pun dampak tersebut sudah mulai terasa. Ya jelas lah (merusak industri). Itu melemahkan di antara kami sendiri. Harusnya tidak rugi jadi rugi. Hanya karena harus ada muatan, tapi kondisinya rugi, tidak nutup biaya. Buat apa?," kata dia.

Berkaca pada zaman dahulu, kata dia, ada konferensi digagas perusahaan-perusahaan perkapalan dengan tujuan agar terjadi persaingan yang sehat.

"Membahas aturan bagi perusahaan untuk tidak sikut-sikutan dalam kompetisi. Di situ diatur untuk pelayaran yang volume sekian itu untuk perusahaan ini dan yang volume segini untuk perusahaan itu," katanya.

Faktanya, lanjutnya, di lapangan berbeda, dimana masing-masing menjalankan bisnis demi kepentingannya sendiri dan mengenyampingkan dampak terhadap industri pelayaran nasional.

"Misalnya di sini berani (harga) 100, di sana diam-diam berani 80 bahkan 50. Nah, kalau di kita dengan 50 saja nggak jalan atau tidak untung, ngapain diambil, tapi anehnya mereka yang ngambil, kok mau," kata Mulia.

Pada sisi lain, terdapat satu perusahaan pelayaran swasta nasional yang bisa mematok tarif rendah saat kinerja perusahaan dalam situasi sulit, sehingga kinerjanya ditenggarai selama tiga tahun terakhir terus menurun.

Sampai tahun ini, perusahaan itu sudah melayani rute T9 yaitu Surabaya-Nabire-Serui-Wasior dan rute T11 yang mulai dari Surabaya-Timika-Agats-Merauke.

Seorang anggota direksi perusahaan itu berkilah, salah satu penyebab mereka bisa menetapkan tarif lebih murah karena fasilitas sandar langsung (direct berthing) di pelabuhan. Dengan begitu kapal tidak perlu antri lama lagi saat sandar untuk bongkar-muat.

Selama ini biaya antri kapal di pelabuhan, menurut dia, mencapai 5.000 dolar Amerika Serikat per hari. Padahal rata-rata lama antrian minimal dua hari atau dengan biaya 10.000 dolar Amerika Serikat. Biaya itu masih harus ditambah biaya BBM dan jasa-jasa lain.

Pewarta: Joko Susilo
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018