Jakarta (ANTARA News) - Penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) anak perusahaan PT PLN (Persero), PT Indonesia Power (IP) akan berdampak pada kenaikan tarif listrik. Dirut PLN Eddie Widiono di Jakarta, Rabu mengatakan, kalau IPO dilakukan, maka investor yang membeli saham tentunya mengharapkan pengembalian modalnya (return on equity/ROE) tinggi. "IPO memang bertujuan baik yakni menambah modal dan keterbukaan perusahaan. Tapi, kalau IPO menghasilkan kenaikan tarif listrik, gimana," katanya. Apalagi, pemerintah telah berkeinginan tidak menaikkan tarif listrik hingga 2009. Eddie juga mengatakan, pelaksanaan IPO masih menunggu restrukturisasi modal anak perusahaan PLN tersebut. Menurut dia, saat ini komposisi aset IP masih 80 persen ekuitas dan 20 persen utang. "Kalau mau IPO, maka harus dibalik," katanya. Ia mengatakan, restrukturisasi modal bisa dilakukan dengan memberikan sebagian proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 10.000 MW ke IP. "Dengan demikian, utang IP akan semakin bertambah dan persentase ekuitasnya menjadi lebih rendah," katanya. Namun, langkah tersebut baru terlaksana pada 2009 saat pembangunan PLTU 10.000 MW selesai. Sementara itu, Dirut IP Abimanyu Suyoso mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya pelaksanaan IPO ke PLN sebagai induk perusahaan. "Kami akan ikuti," katanya. Namun, menurut dia, pada rapat umum pemegang saham (RUPS) terakhir memang belum memutuskan waktu pelaksanaan IPO IP secara pasti. Abimanyu mengatakan, saat ini, aset IP mencapai Rp58 triliun yang terdiri dari pinjaman Rp10 triliun dan ekuitas Rp48 triliun. Dengan demikian, komposisi antara utang dan modal adalah 17,24 persen dan 82,76 persen. Sementara, perusahaan pembangkit idealnya memiliki komposisi 80 persen pinjaman dan 20 persen modal.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007