"Sampai saat ini angkanya masih tinggi. Namun kami berharap kedapan agar hal ini dapat menjadi perhatian serius pemerintah daerah," ujar perwakilan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) Muhammad Arif Tasrif, di Pekanbaru, Selasa.
Hal tersebut dibuktikan dengan data yang dirangkum pihak TNP2K dimana hingga 2017, angka kemiskinan di Kepulauan Meranti mencapai 28,99 persen dari total keseluruhan populasi masyarakat miskin di Riau. Sedangkan untuk posisi kedua ditempati oleh Kabupaten Rokan Hulu sebesar 10,91 persen, dan posisi ke tiga Kabupaten Pelalawan 10,25 persen.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa tingginya angka kemiskinan tersebut berdampak pada berbagai kebutuhan dasar masyarakat. Seperti minimnya infrastruktur, permasalahan pada perdagangan lintas batas daerah perbatasan, pengangguran dan masih rendahnya kesejahteraan masyarakat.
"Kami berharap agar Pemerintah Daerah dapat mencari solusi dari permasalahan ini," ujarnya.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Bupati Kepulauan Meranti H Said Hasyim mengaku bahwa angka kemiskinan di wilayahnya sangat tinggi namun sejak satu tahun terakhir sudah mengalami penurunan.
Menurut data yang diperoleh pihaknya pada 2016 tercatat angka kemiskinan di Kabupaten tersebut mencapai 30,89% dan persentasi tersebut terus menurun jika dibandingkan dengan di awal pemekaran pada 2010, dimana pada momentum pemekaran tersebut angka kemiskinan mencapai 42,57%.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa jumlah penduduk miskin di Kepulauan Meranti paling banyak terdapat di Kecamatan Tebing Tinggi sebanyak 9.642 jiwa dan paling sedikit terdapat di Kecamatan Merbau sebanyak 3.981 jiwa. Akan tetapi persentase penduduk miskin bila dibandingkan dengan jumlah total penduduk tertinggi di Kecamatan Rangsang Pesisir yaitu sebesar 49,04%, Tebing Tinggi Timur 48,49% dan terendah di Kecamatan Tebing Tinggi sebesar 17,26%.
"Pemerintah daerah terus berupaya untuk menekan jumlah angka kemiskinan tersebut," tegasnya.
Pewarta: Abdul Razak dan Budi Indrawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018