Jakarta (ANTARA News) - Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Ditjen Pelayanan Haji dan Umrah Kementerian Agama Sri Ilham Lubis mengatakan pelayanan katering untuk jamaah haji menggunakan alat pemanas menghindari makanan basi.

"Perangkat heater ini wajib ada agar pangan yang disajikan ke jamaah dalam keadaan segar," kata Sri di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan penggunaan alat pemanas itu membantu makanan tidak cepat basi, terutama nasi kotak untuk jamaah.

Metode yang digunakan, kata dia, makanan yang telah siap diantar ke jamaah dimasukkan ke alat pemanas sehingga tahan lama.

Jika makanan sudah ada di luar pemanas, lanjut dia, makanan harus segera dikonsumsi jamaah haji.

"Beberapa jamaah tidak tahu makanan di luar heater itu paling tahan dua jam setelah diterima. Agar makanan segera dikonsumsi," kata dia.

Menurut dia, ada kecenderungan beberapa anggota jamaah haji yang menunda mengonsumsi makan yang telah tiba di luar alat pemanas untuk melangsungkan ibadah atau kegiatan lainnya. Akibatnya, kata dia, jamaah mendapatkan makanan yang tidak segar lagi.

Ketahanan makanan di luar alat pemanas, kata dia, cenderung sebentar karena isinya terdiri atas materi hangat seperti sayur, lauk pauk dan nasi.

Saat dibungkus hangat dan tidak ada di alat pemanas, lanjut dia, maka makanan sangat rentan basi.

Dia mencontohkan makanan yang disimpan dalam alat pemanas seperti yang disediakan oleh penyedia katering di hotel di Madinah dan Makkah.

"Di Madinah, di Makkah, makanan dari dapur dibawa mobil hidrolik ke hotel jamaah dan disimpan di heater. Nasi kotak ditaruh di pemanas makanan ditancapkan listriknya di hotel atau ruang makan hotel. Ini yang menjaga makanan tidak basi," kata dia.

Baca juga: Kemenag: kontrak layanan katering haji tuntas

Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2018