Jakarta (ANTARA News) - Situasi "panic selling" (penjualan besar-besaran karena panik) melanda Bursa Efek Jakarta (BEJ) setelah investor melihat data inflasi "year on year" di atas enam persen, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEJ pada Rabu petang ditutup anjlok 3,93 persen. IHSG BEJ ditutup terjun 92,365 poin berada di posisi 2.256,308, sedangkan indeks LQ45 yang merupakan kumpulan 45 saham likuid terkoreksi 21,501 poin atau 3,93 persen di level 466,089. Lebih dari 50 persen saham yang tercatat di BEJ mengalami penurunan, yakni sebanyak 233 dari 396 efek yang tercatat, sedangkan yang naik hanya 21, 18 tidak berubah harga dan 124 saham tidak ditransaksikan. Pengamat pasar modal, Edwin Sinaga, kepada ANTARA News di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa anjloknya indeks BEJ ini karena pelaku pasar mengalami "panic selling" setelah melihat data inflasi Juli yang di atas proyeksi tahun 2007. "Mereka panik melihat angka inflasi yang di atas `forecast` (prakiraan)," kata Edwin. Badan Pusat Statistik (BPS), Rabu, mengumumkan angka inflasi Juli sebesar 0,72 persen bulan ke bulan (MoM), sehingga inflasi tahun kalender (Januari-Juli 2007) tercatat 2,81 persen, dan inflasi "year on year" (Juli 2007 terhadap Juli 2006) tercatat 6,06 persen. Sementara itu pelaku pasar memproyeksikan data inflasi "year on year" seharusnya paling tinggi 6 persen. "Kondisi inilah yang membuat pelaku pasar melepas sahamnya, sehingga indeks BEJ mengalami tekanan," tambahnya. Selain itu, kata Edwin, bersamaan dengan anjloknya bursa AS Wall Street semalam dan regional hari ini (Rabu) menjadi penyebab merosotnya IHSG sejak awal perdagangan. Bursa AS dengan indeks Dow Jones tadi malam ditutup anjlok 146,31 poin atau 1,1 persen menjadi 13.211,99 karena tertekan aksi jual saham unggulan karena data terbaru pasar perumahan AS. Kondisi ini telah diikuti oleh melemahnya bursa regional, terutama bursa Tokyo dengan indeks Nikkei 225 anjlok 377,91 poin menjadi 16.870,98, pertama kali dalam empat bulan terakhir dibawah level 17.000 dan Bursa Hongkong dengan Indeks Hang Seng ditutup jatuh 729,58 poin menjadi 22.455,35. Volume perdagangan mencapai 6,217 miliar saham dengan nilai Rp5,209 triliun. Posisi investor asing `net sell` (jual netto) senilai Rp117,544 miliar. Penurunan indeks di pasar modal Jakarta dipimpin oleh saham-saham unggulan seperti saham Telkom (TLKM), Antam (ANTM), Tambang Timah (TINS) dan Bank Mandiri (BMRI). Saham TLKM ditutup melemah Rp500 menjadi Rp10.700, ANTM terkoreksi Rp100 ke posisi Rp2.600, TINS tertekan Rp950 ke level Rp13.150 dan BMRI turun Rp225 ke harga Rp3.300. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007