Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Rabu sore merosot tajam melewati angka batas psikologis Rp9.300 menjadi Rp9.325/9.330 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.186/9.203 atau turun 129 poin. Analis Valas PT Bank Saudara, Ruri Nova, di Jakarta, mengatakan bahwa rupiah merosot karena bursa regional tertekan oleh melemah bursa Wall Street, akibat kekhawatiran pelaku asing terhadap pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu juga, menurut dia, menguatnya harga minyak mentah dunia yang mencapai 78 dolar AS memberikan tekanan pula terhadap pasar uang domestik, katanya. Terpuruk rupiah, menurut dia harus diwaspadai, karena posisi yang dicapai saat ini agak kritis apabila tidak diantisipasi lebih awal. "Kami khawatir akan menimbulkan masalah dikemudian hari, apabila tindakan pencegahan terlambat dilakukan," katanya. Menurut dia, kondisi ini agak mengkhawatirkan, bahkan akan terjadi kepanikan, apabila Bank Indonesia (BI) tidak segera masuk pasar untuk menahan tekanan tersebut. Apabila rupiah bisa menembus pada kisaran antara Rp9.400 sampai Rp9.500 per dolar AS, maka dikhawatirkan pertumbuhan ekonomi agak terhambat, ucapnya. Rupiah, ia mengatakan, kalau dapat menembus Rp9.400 per dolar AS, itu merupakan gejala yang tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi nasional, meski fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini cukup baik. "Kami optimis BI akan terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi tekanan pasar yang cukup besar," katanya. Ia mengatakan, kemerosotan rupiah ini dikhawatirkan akan memunculkan isu pengalihan penempatan dana asing di pasar domestik ke tempat lain melihat potensi pasar di dalam negeri mulai berkurang. Karena dana asing yang ditempatkan itu berasal dari fund (dana) sementara dalam jangka pendek, bukan investasi langsung antarnegara jangka panjang, katanya. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007