Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah dan Bank Indonesia harus melakukan langkah antisipasi dengan cepat, tepat, dan akurat untuk meminimalkan dampak negatif dari arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) pada 2018, kata seorang politikus.
"Kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed sedang tidak bersahabat dengan banyak negara berkembang di dunia, termasuk Indonesia. Betapa tidak, hingga akhir 2018, The Fed berencana untuk menaikkan suku bunganya hingga empat kali," kata Sekretaris Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, Teknologi dan Lingkungan DPP PKS Handi Risza dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa.
Handi Risza memperkirakan bahwa kenaikan berikutnya berpotensi terjadi pada September dan Desember 2018.
Bahkan, lanjutnya, The Fed juga mengisyaratkan dapat menaikkan bunga acuan pada kecepatan yang lebih agresif pada tahun-tahun mendatang untuk menjaga penguatan ekonomi AS lebih stabil.
"BI harus punya timing yang cermat, tepat, dan cepat karena BI tidak selalu berada di pasar dalam setiap titik dan waktu," ucap Handi.
Selain itu, ujar dia, BI juga harus memastikan bahwa jangan sampai kecepatan pelemahan mata uang nasional melebihi kecepatan intervensi BI.
Ia juga menyoroti bahwa pelemahan rupiah tidak semata-mata disebabkan oleh faktor eksternal kenaikan suku bunga The Fed, tetapi disumbang juga oleh faktor internal yaitu kinerja perekonomian nasional seperti kondisi perdagangan barang dan jasa.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menyambut baik kenaikan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" hingga 50 basis poin menjadi 5,25 persen sebagai langkah antisipasi untuk membendung tekanan global.
"Kalau soal harus naik, semua orang sudah tahu. Tidak ada cara lain. Tidak naik, ketinggalan. Orang lain naik, itu akan membuat `capital flight`. Kami sambut apa yang dilakukan BI," kata Darmin di Jakarta, Jumat (29/6).
Darmin meyakini kenaikan suku bunga acuan tersebut untuk merespons berbagai perkembangan dunia saat ini mulai dari kenaikan suku bunga The Fed, potensi perang dagang dan kondisi geopolitik terkini.
Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" hingga 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen pada Rapat Dewan Gubernur, 28-29 Juni 2018.
Gubernur BI Perry Warjiyo dalam jumpa pers RDG di Jakarta, Jumat (29/6), mengatakan bahwa langkah itu diambil untuk membendung tekanan ekonomi eksternal terhadap perekonomian domestik, termasuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Ini kebijakan moneter lanjutan yang pre-emptive (antisipatif), ahead of the curve (selangkah lebih maju) dan front loading," katanya.
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2018