"Kementerian Luar Negeri China dan Konsulat Jenderal di Denpasar sangat memperhatikan soal ini dan telah meluncurkan mekanisme darurat tanpa jeda," kata juru bicara Kemlu China Lu Kang di Beijing, Senin (2/7).
Dia memastikan bahwa sampai saat ini, tidak ada turis China yang telantar di Pulau Bali akibat letusan Gunung Agung.
"Kami terus merilis informasi tentang penutupan dan pembukaan bandara tepat waktu melalui situs web layanan konsuler Kementerian Luar Negeri (cs.mfa.gov.cn), akun Konsuler China di WeChat (Ls12308) dan di Weibo serta situs web dan akun WeChat milik Konsulat Jenderal di Denpasar," ujarnya.
Pihaknya juga memperingatkan warga China yang berwisata ke Bali agar tidak mengunjungi lokasi atau objek wisata apa pun di dekat gunung berapi.
Konjen China di Denpasar, lanjut dia, tetap berkomunikasi dengan maskapai penerbangan dan agen perjalanan wisata agar memberikan bantuan nyata kepada wisatawan dari negara berpenduduk terbanyak di dunia itu.
"Oleh karena peringatan tentang letusan gunung berapi oleh pemerintah setempat tetap berlaku, wisatawan China yang berencana pergi ke Pulau Bali dalam waktu dekat disarankan untuk mengikuti informasi terkait, mengatur jadwal dengan benar, dan memperhatikan keamanan mereka sendiri," kata Lu Kang menambahkan.
Pada 29 Juni 2018, Bandar Udara Internasional Ngurah Rai di kawasan Kuta ditutup sementara selama 12 jam karena terkena dampak abu gunung api di Kabupaten Karangasem.
Gunung Agung kembali meletus pada Senin (2/7) pukul 21.04 Wita dengan melontarkan lava pijar hingga sejauh 1,5 kilometer.
China merupakan penyumbang wisatawan asing terbanyak ke Indonesia sejak diberlakukan kebijakan bebas visa kunjungan beberapa tahun yang lalu.
Pada 2017, Kementerian Pariwisata RI menargerkan dua juta kunjungan wisata ke Indonesia. Namun realisasinya meleset sedikit dari target akibat letusan Gunung Agung pada November lalu.
Tahun ini Kemenpar menargetkan 2,5 juta kunjungan wisatawan asing dari China.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
