Washington (ANTARA News) - Wakil Presiden AS, Dick Cheney, Selasa, mengakui ia keliru pada 2005, ketika ia berkeras aksi perlawanan di Irak berada "pada tahap akhir". Itu adalah pengakuan terbuka paling langsung dari Cheney mengenai bertapa pemerintah telah memandang rendah kekuatan musuh Amerika dalam perang yang kian tak populer di Irak. Namun Cheney, arsitek serbuan pimpinan AS pada 2003, tak memberi alasan dalam suatu wawancara dalan acara CNN, "Larry King Live", sewaktu ia membela kebijakan Presiden George W. Bush di Irak. Ia mengatakan pemerintah Bush tetap akan mengirim tentara ke Irak, kalau dapat dilakukannya lagi, meskipun mengetahui apa yang diketahuinya sekarang, termasuk bahwa lebih dari 3.000 personil militer militer AS akan tewas. "Saya benar-benar percaya," kata Cheney, "bahwa keputusan yang telah kami buat mengenai Irak dan Afghanistan sudah baik dalam bidang strategi secara keseluruhan." Tetapi Cheney menjelaskan ia tidak lagi berpegang pada penilaian Mei 2005, yang dicemooh banyak pengeritik politik dan politikus partai Demokrat. Saat itu, ia mengatakan, "Saya kira mereka berada pada tahap terakhir ..." aksi perlawanan. Sejak itu, serangan terus-menerus telah membawa Irak ke ambang perang saudara. Pernyataan Cheney termasuk di antara banyak pernyataan yang menandai dilanjutkannya upaya perang, yang telah merusak kredibilitas AS di seluruh dunia. Cheney, yang dikenal karena caranya yang diam-diam dan jarang mengakui kesalahan secara terbuka, berkata, "Perkiraan saya saat itu --dan itu keliru, itu terbukti tidak benar-- adalah kenyataan bahwa kami berada di tengah penyelenggaraan tiga pemilihan di Irak, memilih pemerintah sementara, dan kemudian mensahkan undang-undang dasar, lalu memilih pemerintah tetap, bahwa semuanya berhasil, kami telah membekuk Saddam Hussein." "Saya kira ada serangkaian tonggak sejarah ini yang pada kenyataannya akan mengecilkan aksi perlawanan dan membuatnya lebih kecil dari sebelumnya. Itu jelas tak terjadi. Saya kira aksi perlawanan terbukti bertambah sengit," katanya, seperti dilaporkan Reuters. Cheney mengatakan itu juga telah dicapai sebelum Al-Qaeda di Irak meningkatkan serangan, termasuk pemboman 2006 terhadap satu masjid Syiah --yang menyulut gelombang pembunuhan antar-pengikut aliran agama. Pemerintah Bush menghadapi tekanan yang meningkat dari Kongres, yang dipimpin partai Demokrat, dan masyarakat Amerika yang khawatir terhadap perang, agar menetapkan jadwal bagi penarikan tentara AS, sesuatu yang ditolak tegas oleh Bush. Dalam pukulan lebih lanjut terhadap strategi Bush, parlemen Irak memasuki reses musim panas selama satu bulan Senin, setelah para pemimpin politik negeri tersebut gagal menyepakati serangkaian peraturan yang dipandang oleh Washington sebagai sesuatu yang penting guna menstabilkan negeri itu. (*)

Copyright © ANTARA 2007