Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Rabu pagi, melemah tajam mendekati level Rp9.300 per dolar AS, menyusul aktifnya pelaku lokal membeli greenback.
Nilai rupiah merosot menjadi Rp9.246/9.249 per dolar AS dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya Rp9.186/9.203 atau turun 60 poin.
Pengamat pasar uang Edwin Sinaga di Jakarta, mengatakan rupiah merosot karena memburuknya bursa regional akibat melemah bursa Wall Street yang juga ditekan oleh menguat harga minyak mentah dunia yang mencapai 78 dolar AS per barel.
Penurunan rupiah ini harus diwaspadai, karena dikhawatirkan akan terus merosot hingga mencapai level Rp9.400 per dolar AS, katanya.
Menurut dia, apabila rupiah tembus di level Rp9.400 per dolar AS, itu merupakan gejala yang tidak baik bagi pertumbuhan ekonomi nasional, meski fundamental ekonomi makro Indonesia saat ini cukup baik.
Karena itu, lanjutnya, Bank Indonesia (BI) harus terus mengelolanya di pasar uang dan jangan terlalu menyepelekan yang akhirnya keblablasan seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu.
"Kami optimis BI akan terus berjaga-jaga untuk mengantisipasi tekanan pasar yang cukup besar, apalagi BI mempunyai cadangan devisa yang cukup besar," katanya.
Dikatakannya kemerosotan rupiah ini dikhawatirkan memunculkan isu pengalihan penempatan dana asing di pasar domestik ke tempat lain melihat potensi pasar di dalam negeri mulai berkurang.
Karena dana asing yang ditempatkan itu berasal dari fund (dana) sementara dalam jangka pendek, bukan investasi langsung antarnegara jangka panjang, katanya.
Selain itu, menurut dia, BI juga harus hati-hati dan tidak mudah menurunkan tingkat suku bunga untuk menjaga kenyamanan investor asing menanamkan dananya di dalam negeri.
Meski tingkat suku bunga rupiah masih lebih tinggi dibanding dolar AS, namun dengan penurunan BI Rate yang terus berlanjut mengurangi minat investor untuk tetap bermain di pasar domestik, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2007