Menurut Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu, radikalisme muncul dan bertumbuh di Indonesia dalam dua puluh tahun era reformasi karena bangsa ini sempat alpa terhadap Pancasila.
Hal tersebut diungkapkan Zulkifli Hasan di hadapan Pimpinan dan ratusan anggota Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (DPP IARMI) DKI Jakarta pada Focus Group Discussion (FGD) bertema 'Menetralisasi Gerakan Radikalisme di Kampus', di Auditorium PT Pelni Pusat, Jakarta, Sabtu.
"Terus terang kita lalai. Banyak hal yang baik dan bagus di era orde baru kita hapus semua seperti penataran P4, manggala BP7 bubar, pendidikan pancasila hilang," kata Zulkifli Hasan dalam keterangan tertulisnya, Sabtu.
Baca juga: Zulkifli puji komitmen Mahathir utamakan kedaulatan bangsa
"Praktis selama 20 tahun hal-hal baik itu hilang sehingga bangsa ini tidak lagi 'ngeh' untuk melatih wawasan kebangsaan. Karena itu, masuklah berbagai macam pemahaman radikal. Pantas saja anak-anak muda yang lahir setelah reformasi banyak menjadi sasaran paham radikal karena belum diajari soal wawasan kebangsaan," ujarnya.
Melihat hal itu, lanjut dia, bangsa ini perlu gerakan dan upaya keras dan tepat untuk menumbuhkan kembali semangat memahami dan mengimplementasikan Pancasila.
"Pemahaman radikal perlu dilawan dengan upaya keras pula dari rakyat Indonesia menumbuhkan karakter Pancasila dalam diri dan perbuatan. Upaya keras dan tepat itu harus dan sangat diperlukan serta dilakukan bangsa Indonesia, sebab seluruh bangsa Indonesia wajib menjiwai Pancasila," tegasnya.
Baca juga: Ketua MPR dukung aktivitas pemuda Diaspora untuk Indonesia
Zulkifli Hasan menegaskan perlunya perlawanan menggunakan Pancasila terhadap radikalisme karena Indonesia merupakan negara kesepakatan.
Ia menjelaskan bahwa Pancasila adalah kesepakatan kolektif. Semua perbedaan dan keberagaman disatukan dengan satu visi dan misi yakni kesatuan Indonesia dan menuju cita-cita bersama.
Adapun masalah perbedaan suku, agama, ras, antargolongan bukanlah masalah karena sudah selesai diperdebatkan sejak 70 tahun silam.
"Hal-hal itulah yang harus dipahami lagi dan dilatih kembali oleh rakyat Indonesia dan diperkenalkan secara baik kepada generasi muda yang lahir pascareformasi," pungkas dia.
Baca juga: PAN: figur tokoh tentukan kemenangan pilkada
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018