Denpasar (ANTARA News) - Sejak September 2017 hingga kini, Gunung Agung menggeliat secara efusif (letusan ringan). Ya, selama geliat sang Gunung Dewa itu hanya efusif, maka potensi eksplosif (letusan besar) akan selalu ada.
Masalahnya, ada banyak agenda besar di Pulau Dewata pada 2018 yang akan selalu dibayang-bayangi "geliat" eksplosif dari gunung meletus pada 21 November 2017 dan 28 November 2017 yang diikuti dengan penutupan Bandara Ngurah Rai Bali.
Sebut saja, Hari Raya Galungan (30-31 Mei), Hari Raya Kuningan (9 Juni), arus mudik, Idul Fitri, hingga Milir/Balik (9-20 Juni), pilkada (27 Juni), Pesta Kesenian Bali (PKB) Ke-40 Tahun 2018 (23 Juni-21 Juli), Pertemuan IMF-Bank Dunia (8-14 Oktober), dan Natal-Tahun Baru (25-31 Desember).
Tinggal dua agenda besar tahun ini yang tersisa yakni Pertemuan IMF-Bank Dunia dan Natal-Tahun Bar), karena agenda Pilkada Bali yang juga bersamaan dengan Pilkada Klungkung dan Pilkada Gianyar pada 27 Juni 2018 agaknya sudah terselamatkan dari "geliat" itu.
Meski Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) sempat mencatat erupsi Gunung Agung pada Rabu (27/6) sekitar pukul 22.21 WITA dengan tinggi kolom abu teramati mencapai sekitar 2.000 meter di atas puncak, namun pilkada sudah usai.
"Malam itu (27/6), kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah barat. Erupsi itu terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 22 mm dan durasi sekitar 1 menit 9 detik," kata Kepala PVMBG Kasbani (28/6).
Pascaerupsi itu, secara visual teramati kolom gas berwarna putih tebal sejak Kamis (27/6) pagi dengan ketinggian sekitar 200 meter di atas puncak gunung setinggi 3.142 meter di atas permukaan laut itu, sehingga Jumat (29/6) pukul 01.00 Wita pun terjadi penutupan Bandara Bali, akibat letusan pada Rabu (27/6) malam itu.
Namun, penutupan Bandara Bali hanya berlangsung 13 jam lebih, karena hasil rapat evaluasi memutuskan bahwa ruang udara bandara bahwa sudah tidak terdapat sebaran VA dan arah angin cenderung dari arah timur ke barat laut, maka Bandara Ngurah Rai mulai dibuka pada Jumat (29/6) pukul 14.30 Wita.
Setelah pilkada, agaknya "geliat" Gunung Agung akan membayangi Pertemuan IMF-Bank Dunia pada 14-18 Oktober 2018, apalagi World Bank Annual Meeting itu akan dihadiri oleh peserta dari 189 negara, yang jumlahnya lebih dari 15.000 partisipan, sekaligus lebih dari 5.000 wartawan yang akan datang dari seluruh dunia.
"Bali akan diekspos besar-besaran, karenanya pemimpin Bali harus terus berkoordinasi dengan aparat keamanan, baik itu TNI, Polri, pecalang (petugas pengamanan adat), bahkan masyarakat secara umum," kata Gubernur Bali Mangku Pastika disela meninjau penanganan penumpang pesawat di Bandara Bali yang terdampak erupsi Gunung Agung (29/6).
Siapa pun tahu bahwa luas Bali Provinsi Bali itu mencapai 5.633 meter persegi, sedang kawasan rawan bencana (KRB) di seputar Gunung Agung itu hanya radius 8-10 kilometer dalam wilayah Kabupaten Karangasem.
"Kalaupun terjadi letusan dahsyat. Level bahaya hanya radius delapan km dari kawah. Hanya delapan km, maksimal 10 km, sedangkan daerah lain di Bali ada di luar KRB, jadi aman," kata Gubernur Bali Mangku Pastika.
Pernyataan orang nomer satu di Provinsi Bali itu menunjukkan bahwa Gunung Agung harus dilihat dalam konteks yang tidak "mengganggu" pariwisata, meski faktanya mayoritas wisatawan itu menggunakan transportasi udara yang sangat rentan dengan dampak abu vulkanik Gunung Agung.
Buktinya, pelaku pariwisata di Bali mengkhawatirkan Gunung Agung di Kabupaten Karangasem kembali erupsi sejak mengalami peningkatan aktivitas vulkanik pada Kamis (28/6) malam, apalagi Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai sempat ditutup.
"Memang alam tidak bisa kita prediksi. Apalagi kita bergerak di sektor jasa pariwisata. Kalau kembali Gunung Agung erupsi maka sektor pariwisata pasti terganggu," kata Manager Marketing Hotel Grand Inna Bali Beach Sanur Ari Sulistiari di Sanur, Kota Denpasar (29/6).
Rapat persiapan
Sebagai agenda besar, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggelar rapat terbatas dengan topik perkembangan persiapan pertemuan tahunan International Monetary Fund-World Bank Tahun 2018 di Kantor Presiden Jakarta (26/6).
Dalam tapat terbatas (ratas) itu, Presiden Joko Widodo ingin memastikan pengamanan terhadap 15.000 delegasi peserta pertemuan tahunan International Monetary Fund-World Bank (IMF-WB) 2018 dari 189 negara di Bali pada Oktober 2018 bisa terjamin.
"Pada rapat terbatas kali ini, saya ingin memastikan kesiapan dimulai dari urusan airport/bandara, urusan tempat pertemuan, akomodasi, termasuk acara dan fasilitas-fasilitas pendukungnya yang berhubungan dalam rangka menyukseskan acara ini," kata Presiden.
Presiden Jokowi sekaligus menginginkan agar jika ada hambatan dan kendala di lapangan terkait persiapan acara tersebut diharapkan akan dapat diselesaikan sesegera mungkin.
"Untuk persoalan fisik, saya sudah cek ke gubernur, pada posisi nanti pada akhir Juli sudah siap semuanya, sehingga tinggal persiapan ke arah, Oktobernya," katanya.
Sementara itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan Presiden Joko Widodo telah meminta supaya acara pertemuan IMF-World Bank pada pertengahan Oktober 2018 dimeriahkan dengan pawai seni budaya menyerupai pawai Pesta Kesenian Bali.
Pastika sudah meminta jajaran Dinas Kebudayaan provinsi setempat untuk menyiapkan penganggarannya. "Supaya kita bisa berpartisipasi lebih aktif, kita menunjukkan kebudayaan kepada dunia," ucapnya.
Terkait dengan tempat pelaksanaan pawai tersebut, kata dia, kemungkinan besar di Nusa Dua, Kabupaten Badung, karena pertemuan IMF-World Bank memang terfokus di Nusa Dua, namun jumlah peserta pawai tentunya tidak sebanyak peserta pawai PKB, karena menyesuaikan dengan luasan tempat yang akan digunakan.
Senada dengan itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Dewa Putu Beratha mengatakan anggaran yang disiapkan untuk pelaksanaan pawai kesenian serangkaian pertemuan IMF-World Bank itu berkisar Rp1 miliar.
"Namun, berdasarkan hasil komunikasi pihaknya dengan Sekretariat Panitia Nasional IMF-Word Bank di Kementerian Keuangan, untuk pawai tersebut masih akan dibahas oleh panitia nasional dan dikoordinasikan dengan panitia IMF, karena semua jadwal acara dibuat oleh mereka," katanya.
Tidak hanya itu, persiapan yang mendukung kenyamanan pertemuan yang berskala internasional dan banyak melibatkan partisipan dari negara lain itu juga harus mempertimbangkan kondisi Gunung Agung.
Ya, kawasan rawan bencana (KRB) di Gunung Agung memang hanya 8-10 kilometer, namun dampak Gunung Dewa itu pada transportasi udara dan objek wisata harus diantisipasi semaksimal mungkin, karena Pertemuan IMF-Bank Dunia itu merupakan taruhan Pulau Dewata dan dunia kepariwisataan Indonesia di mata dunia.
Oleh karena itu, gejala alam dari aktivitas vulkanik itu tidak perlu disepelekan dengan menyebut dampak Gunung Agung itu hanya 8-10 kilometer, namun cukup dengan persiapan dalam berbagai "protap" (prosedur tetap) yang merujuk pada konsep Tri Hita Karana atau "keharmonisan" antara manusia, Tuhan, dan alam.
Dengan begitu, masyarakat dunia akan tahu keelokan pariwisata dan tradisi budaya, sekaligus keelokan "protap" masyarakat Pulau Dewata, dalam menyikapi geliat alam, mengingat dua kali penutupan Bandara Bali merupakan pengalaman penting untuk disempurnakan dan dipersembahkan pada dunia.
(T.E011/S027)
Pewarta: Edy M Yakub
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2018