Samarinda (ANTARA News) - Puisi menginspirasi perkembangan zaman, sehingga karya puisi besar tercipta untuk menandakan lahirnya suatu sejarah baru bagi umat manusia, dan bukan budak dari sejarah, kata penyair kondang, Sutardji Calzoum Bachri. "Jadi, puisi adalah pemicu bagi sejarah, bukan budak dari sejarah," ujar seniman berjulukan Presiden Penyair Indonesia itu di Samarinda, Selasa. Menurut pria berambut gondrong itu, satu contoh puisi yang menandakan babak baru sejarah Indonesia adalah "Sumpah Pemuda". Sutardji menjelaskan, teks legendaris itu secara teknis masuk dalam kategori puisi, meski tanpa disadari oleh para penciptanya yang tidak dikenal. Para pemuda kala itu secara tidak sadar telah menjadi penyair yang menciptakan karya puisi besar, dan menjadi tonggak kebangkitan bangsa Indonesia. Dalam pandangannya, puisi haruslah berisikan nilai-nilai yang juga dapat memberikan kontribusi di luar ranah sastra. Ia mengatakan, puisi seharusnya juga dapat menjadi inspirasi bagai politikus, yang sayangnya kini tidak banyak diabaikan karena rendahnya aperesiasi terhadap sastra. "Banyak karya puisi yang besar seperti tidak berguna dan tidak menginspirasi karena mereka adalah politikus, seperti keledai," ujarnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007