"Berdasarkan pemetaan yang kami lakukan, di Cilacap terdapat 48 desa rawan kekeringan. Pada awal musim kemarau tahun ini tercatat sebanyak delapan desa yang telah mengalami kekeringan dan krisis air bersih," katanya di Cilacap, Sabtu.
Berdasarkan data hingga 25 Juni 2018, ia menyalurkan bantuan air bersih 23 tangki untuk 8.510 jiwa atau 2.263 keluarga di delapan desa terdampak bencana kekeringan.
Menurut dia, delapan desa yang menerima bantuan air bersih di antaranya Desa Binangun, Kecamatan Bantarsari, sebanyak enam tangki.
Selain itu, kata dia, di Kecamatan Kawunganten terdapat enam desa, yakni Bringkeng dan Ujungmanik masing-masing sebanyak empat tangki, Bojong, Grugu, dan Sidaurip masing-masing sebanyak dua tangki, serta Kubangkangkung sebanyak satu tangki.
Sementara bantuan air bersih untuk Desa Patimuan, Kecamatan Patimuan, disalurkan oleh Palang Merah Indonesia Kabupaten Cilacap sebanyak dua tangki.
Lebih lanjut, Tri Komara mengakui bahwa tidak semua desa yang telah mendapat bantuan air bersih itu mengalami kekeringan karena beberapa di antaranya yang krisis air bersih akibat intrusi air laut seperti di Desa Ujungmanik.
"Ada yang terintrusi air laut sehingga air menjadi payau, berwarna hitam, dan berbau sehingga tidak layak konsumsi," katanya.
Ia mengatakan Pemerintah Kabupaten Cilacap telah menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan dan krisis air bersih pada tanggal 15 Mei hingga 15 Agustus.
Ia berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Wijaya dan PMI Kabupaten Cilacap terkait dengan penyaluran bantuan air bersih.
Baca juga: Gunung Kidul buka investasi pengolahan air asin
Pewarta: Sumarwoto
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2018