Sochi, Rusia (ANTARA News) - Brasil mungkin sangat difavoritkan mengalahkan Meksiko dan bakal melaju ke perempat final Piala Dunia, tetapi pemain tengah Casemiro menunjuk tersingkirnya Jerman sebagai bukti bahwa, dalam sepak bola, favoritisme tidak membawa pengaruh.
Brasil akan menghadapi tim Meksiko di Samara pada Senin, tetapi gelandang Real Madrid itu mengatakan tim yang sudah lima kali menjadi juara itu tidak akan menganggap enteng laga tersebut, utamanya setelah melihat Jerman, juara bertahan dan favorit bersama sebelum dimulainya turnamen, ternyata berakhir sebagai juru kunci di grup mereka.
"Favoritisme ini datang dari Anda," kata Casemiro kepada wartawan di pusat pelatihan tim Brasil. "Kaos itu tidak membuatmu memenangi pertandingan. Lihatlah Jerman. Dengan semua pemain yang mereka miliki, semua favoritisme itu, mereka masih tersingkir di putaran pertama."
"Kami santai soal itu. Semua pemain kami kelas atas, klub mereka selalu favorit. Jadi kami sudah terbiasa dengan tekanan, favoritisme yang kalian semua bicarakan. Kami selalu memiliki rasa hormat, ketenangan dan kerendahan hati. Kami harus bermain sepak bola yang baik untuk mengalahkan Meksiko," katanya sebagaimana dikutip Reuters.
Salah satu alasan Brasil menjadi favorit adalah catatan buruk Meksiko melawan tim-tim Amerika Selatan di final-final Piala Dunia. Dalam 15 turnamen berbeda sebelum Rusia, Meksiko hanya mampu sekali saja mengalahkan tim Amerika Selatan, yakni menaklukkan Ekuador 2-1 pada putaran Piala Dunia 2002.
Alasan lain adalah ketidakpastian Meksiko. Pemain-pemain Meksiko membuat salah satu kejutan di awal turnamen ketika mereka mengalahkan Jerman dengan skor 1-0. Selanjutnya mereka menang 2-1 atas Korea Selatan, tetapi kemudian tampil buruk saat melawan Swedia sehingga ditundukkan dengan skor 3-0.
Pemain Meksiko mana pun yang ditampilkan, mereka harus melewati seorang pemain yang sekarang ini dinilai sebagai salah satu gelandang bertahan terbaik di dunia.
Setelah tampil lima kali sebagai pengganti untuk Brasil pada 2011 dan 2012, Casemiro ditinggalkan untuk sementara waktu. Tetapi kini dia telah menjadi bagian integral dari tim Tite, tampil sejak awal pertandingan dari 13 laga terakhir Brasil.
Pemain berusia 26 tahun itu absen dalam semua jenis istirahat musim panas, setelah bermain hingga pertandingan terakhir musim liga bersama klubnya.
Pertandingan itu, tentu saja adalah final Liga Champions ketika dia kembali meraih gelar juara dan dia hanya tertawa mengenai kekhawatiran bahwa mungkin dia lelah atau siap untuk beristirahat.
"Saya bermain di final Liga Champions dan saya menang," katanya. "Itu adalah mimpi. Dan mimpi lainnya bermain di Piala Dunia. Saya pria paling bahagia di dunia." (Uu.D011)
Baca juga: Brasil akan bertemu Meksiko di 16 besar
Pewarta: -
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018